Pulau Pisang, Sebuah Pulau Tersembunyi di Ujung Lampung


Alhamdulillah, akhirnya kaki saya kembali menjejaki salah satu pulau terbaik di Lampung. Pulau yang mungkin belum setenar Teluk Kiluan. Aaaaa, mereka harus tau Lampung punya potensi wisata alam yang besar di Pulau ini.  Rasa lelah 7 jam perjalanan langsung terbayarkan dengan putihnya pasir pantai di pulau ini. Subhanallah :)

Pulau Pisang
Setibanya di Pulau Pisang kami langsung menuju salah satu rumah penduduk asli di Pulau Pisang ini yang masih saudara dengan temannya teman kami. Rumah-rumah di pulau ini sebagian masih berbentuk rumah panggung dan rumah yang kami tinggali-pun masih berbentuk rumah panggung. Untuk mandipun masih menggunakan sumur yang harus dipompa dengan kedua tangan. Terimakasih para partner yang udah nimbai-in air buat mandi. Hihiii. Sayangnya, sebagian rumah di sini sudah ditinggalkan penghuninya merantau ke Lampung atau kota-kota disekitarnya dan dibiarkan begitu saja sehingga kesannya jadi kurang terawat :(.
Bergaya di depan rumah 

Rumah Panggung
Setelah melepas lelah sejenak, kami mulai berkeliling ke ujung pulau ini, mencari spot yang pas untuk menikmati matahari tenggelam. Selain itu, di ujung pulau ini terdapat sebuah kapal karam yang terdampar (udah macam ikan duyung aja pake terdampar segala, hihihi). Sayang sekali semesta sedang tidak mendukung para pemburu sunset ini. Awan mendung menutupi matahari yang pelan-pelan mulai hilang tergantikan dengan bulan. Walaupun mendung, setidaknya langit jingga masih tampak di kejauhan walaupun sedikit. Ohiya, para lelaki nekat buat naik ke kapal karam itu, emang sih ada ban yang diikat tali dan ada kayu yang bisa dipakai buat jadi pijakan, tapi saya yang notabene takut ketinggian memilih untuk duduk santai di pinggir pantai sambil menikmati deburan ombak (so(k) nyantai). Beneran saya langsung lemes waktu ngelewatin karang-karang disana dan ngeliat kebawah dimana ombak udah siap nyergap kita. Usut punya usut ban + tali itu udah lama bergelantungan di atas sana. Untungnya masih kokoh menahan beban 5 orang. :)


Hi, you, Sun!

Kapal Karam

Harusnya Pulau Kelapa bukan Pulau Pisang! Hha
Sekitar pukul 17.30 WIB kami sudah harus kembali mengingat keadaan disana sangat sepi dan listrik hanya menyala dari maghrib sampai pukul 22.00 WIB. Setibanya di rumah kami telah disiapkan sebuah makan malam yang menurut kamu WAH sekali. Baru kali ini kami disuguhi kepiting yang di kota-pun jarang kami santap namun disini sudah jadi makanan sehari-hari warga Pulau Pisang. Wah, bener-bener maknyooss!!! :) Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk menikmati malam di pinggir pantai. 

Kepitingnya Maknyooss!!!
Malem itu. cuaca lagi ceraaaah secerah-cerahnya. Bintang bertaburan banyaaak banget di langit. Baru kali itu saya liat bintang sebanyak itu. Jauh dari polusi, cahaya kota yang sedikit, dan gak ada awan yang menutupi menambah jelas si bintang tadi. Ambil posisi dan HAAAPPPP kami udah di posisi masing2. Tiduran sambil menatap langit. Udah macam meteor garden aja, 1 cewek dan 4 cowok. Hahaha. Sempat beberapa kali kami melihat bintang jatuh, saya menyimpulkan satu kali kita melihat bintang jatuh, coba lihat disekitar area bintang jatuh tersebut, pasti ada bintang lain yang ikutan terjatuh juga. Hihiii. 

Udah ada suara deburan ombak, bintang nan bejubel di langit, bulan, kurang apalagi??? Kurang satu hal yaitu LAGU. Mendadak playlist malem itu dipenuhi lagu-lagu mellow dan suasana hati langsung berubah jadi galau. #eeaaa. Hahaha. Suasana malem itu bener-bener ngedukung banget deh buat galau #eh #eh. HAHA
Sebelum masuk angin, kamipun kembali ke rumah dan siap-siap tidur untuk bangun pagi esok hari ! Yeeaay

*********

Bangun pagi-pagi langsung main ke dermaga. Disana udah banyak anak-anak Pulau Pisang yang lagi mancing. Aaaa.. Saya selalu suka wajah polos mereka :). Bener-bener polos :)



Masa Kecil Kurang Bahagia



Berhubung kami pada belum mandi pagi semua, kami langsung menceburkan diri ke air laut. Berdiri di air sambil menunggu ombak besar datang menabrak tubuh kami dan kami langsung tertawa ketika ombak membawa kami ke pantai. Bener-bener MKKB alias masa kecil kurang bahagia !!! Hihiii.. Berkali-kali kami melakukan hal yang sama, berdiri - tertabrak ombak - tubuh terbawa ombak sampai pantai - lalu tertawa senang sambil mengeluarkan pasir di dalam saku kami. Moment nya dapet banget! :). Tunggu kedatangan saya selanjutnya :)


Terimakasih Pulau Pisang, Terimakasih juga buat matahari sore tanggal 14 Agustus 2013 nya yang menemani perjalanan pulang kami. :) Terimakasih buat Gibran yang udah jadi driver tangguh sumatera bolak-balik 14 jam duduk di bangku paling depan. . :) Terimakasih Kamal 1 dan Kamal 2 serta Mandala buat 2 harinya. Terimakasih :)

Motif khas masyarakat Pesisir Lampung 

Share:

8 komentar