“Memory's images, once they are fixed in words, are erased," Polo said. "Perhaps I am afraid of losing Venice all at once, if I speak of it, or perhaps, speaking of other cities, I have already lost it, little by little.”
― Italo Calvino, Invisible Cities
Satu hal yang ada di pikiran saya ketika berkunjung ke Itali adalah mengunjungi Roma dan Venesia. Ingin sekali mengunjungi dua-duanya sekaligus, namun mengingat keterbatasan dana dan waktu, saya harus memilih salah satu. Saya-pun memilih Venesia karena lokasi yang lebih dekat dengan Turin dan tentu saja saya ingin membuktikan kecantikan dari Venesia yang menurut banyak orang adalah salah satu kota paling romantis di dunia.
Setelah kembali ke kota Turin dari kunjungan terakhir kami ke Scopriminiera, saya dan Didit pun segera menuju Bamboo Eco Hostel, hostel tempat kami akan menginap sampai keesokan harinya. Kali itu, tidak hanya kami berdua saja yang menuju Bamboo, kami bersama dengan Paulo seorang peserta lain yang berasal dari Portugal.
Bamboo Eco Hostel sendiri menurut saya adalah hostel paling nyaman diantara hostel lainnya. Dengan
rate 22 Euro per malam (sudah termasuk
breakfast, dan
sharing kitchen), hostel ini adalah hostel termurah dengan fasilitas yang gak kalah dengan hostel lain yang jauh lebih mahal. Georgia sang boss di Bamboo Eco Hostel juga sangat baik dengan mengijinkam kami menitipkan 2 koper besar sementara kami akan pergi ke Venesia. Awalnya ingin kami titipkan saja di stasiun, namun setelah
browsing sana
browsing sini harga penitipan koper setiap jam lumayan mahal, mau dibawa pun pasti akan riweuh mengingat di Venesia pun kami hanya menumpang tidur. Untungnya sang boss Bamboo Eco Hostel bersedia menjaga koper kami sampai kami kembali lagi ke Turin. Thanks ! :)
Sekitar pukul 09.00 saya, Didit, Marta (gadis Itali yang sangat ramah), dan Satoshi (pria Jepang yang sengaja pergi ke Eropa hanya untuk menonton pertandingan bola) keluar bersama-sama. Marta pergi menuju kampusnya sementara Satoshi akan berkeliling kota Turin sambil mengantar kami ke bandara. Thanks guys!
|
Bersama Marta dan Satoshi :) |
Perjalanan selama 4 jam menuju Venesia kami habiskan di dalam kereta Frecciabianca. Pelayanan di dalam kereta juga bagus, kami mendapatkan minuman dan makanan layaknya ketika di dalam pesawat juga. Tapi layanan ini hanya bagi mereka yang berada di kelas bisnis ( Tiket kereta ke Venesia kami mix antara Business Class ketika berangkat dan Economy Class ketika pulang. Harga pun tidak jauh berbeda, *padahal ya budget mepet, hhe)
|
Kereta menuju Venesia |
Keluar dari kota Torino,
view di luar jendela sangat menakjubkan. Deretan pegunungan dengan salju abadi di puncaknya membuat perjalanan ini sangat berkesan. Lepas dari pegunungan tadi, view mulai berubah menjadi ladang jagung. Sejauh mata memandang hanya warna kuning yang terlihat. Sejam di dalam kereta membuat saya ngantuk. Saya-pun tertidur. Bangun-bangun kami sudah sampai di Milano Centrale. Menurut pengamatan saya, stasiun ini adalah stasiun terpadat yang pernah saya liat (saya akan menceritakan
One Day Trip saya ke Milan di
posting lainnya). Saya hanya memandang keadaan sekitar dari dalam kereta. Kereta mampir ke Milan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dengan tujuan akhir Venice. Bisa dibilang Milan adalah kota yang berada di tengah - tengah antara Torino dan Venice jadi perjalanan kami masih ada sekitar 2 jam lagi menuju Venice. Berhubung saya ngantuk, saya melanjutkan tidur saya yang sempat terganggu. Hooaaahhmmm..
2 jam kemudian ....................
Saya sudah berada di
Venice. St Lucia, pemberhentian terakhir untuk menuju Kota Venesia. Kalau membeli tiket jangan lupa stasiun tujuan
Venice St.Lucia karena ada stasiun lainnya yang bernama
Venice Mestre. Dari dan menuju Venice Mestre - St.Lucia dapat ditempuh dengan kereta api yang memakan waktu sekitar 10 menit dan masih harus menyeberangi lautan.
|
Antara Venice Mestre dan Venice St.Lucia |
Waktu kunjungan kami sangat bertepatan dengan akhir Minggu. Kami tiba di sana pada hari Sabtu dan kala itu pengunjung lagi ramai-ramainya. Hampir di setiap penjuru Venesia dipenuhi oleh para wisatawan. Ngaaap banget, belum lagi udara di sana seperti udara di pantai sebagaimana biasanya. Panas terik - pengap - bau asin memenuhi seluruh penjuru. Bedanya angin di sana relatif lebih dingin dibanding pantai-pantai lainnya.
|
Welcome to Venice! |
|
View dari depan stasiun |
Segera saya aktifkan
sygic untuk menuntun saya menuju penginapan yang telah kami
booking sebelumnya. Aplikasi ini sangat membantu karena bisa diaktifkan tanpa harus mempunyai koneksi internet tapi suka ngilang sendiri kalo berada di tengah gedung-gedung. Singkat cerita, kami melewati jalan tikus menuju lokasi penginapan yang kami sewa. Dan Alhamdulillah sampai juga kami di Venice Garden. Hotel di Venice sendiri relatif lebih mahal dibanding 2 kota yang saya kunjungi. Saya sendiri waktu booking dulu harga awal 29 Euro (belum ditambah pajak sebesar 3Euro). Eh sampe disana kami dipatok 5 Euro lagi untuk bantal dan selimut. Jadi kami menghabiskan sekitar 37 Euro untuk 1 malam di Venice.
|
Venice Garden, Cannaregio 631 |
|
Kamar mandi di Venice Garden |
Sedikit berleha - leha sejenak, mengaktifkan internet dari wifi hotel, sholat dan kami pun segera berkeliling kota Venesia. Awalnya kami berencana mencoba kendaraan air di sana, namun Didit lebih memilih untuk berjalan kaki sepanjang perjalanan demi berhemat. Baiklah, kakiku sayang yang sabar ya. :)
Kami mencoba jalan yang berbeda dari sebelumnya. Sebenarnya kami ingin mencari santapan mengingat perut kami sudah keroncongan. Tapi boro-boro makanan yang didapat, kami malah berburu oleh-oleh. Harga cinderamata di sana jauh lebih murah dibanding harga pizza :(. Saya akui, cinderamata di Venesia jauh lebih murah dibanding seluruh kota yang saya datangi di Itali. Agak nyesel sedikit sih kenapa gak memborong di sini. Tapi yasudahlah.. :)
|
Narsis! |
Setelah puas membeli cinderamata disertai perut yang menjerit-jerit, kami akhirnya segera mencari toko yang menjual makanan dengan harga miring. Lagi tengok sana tengok sini kami malah bertemu dengan orang Indonesia. Yap. Kali itu kami bertemu dengan Ibu Nena dan suaminya. Rasanya seneng banget ketemu orang Indonesia. Hhii.. Sebenernya saya sedang
hunting sunset ketika bertemu dengan Ibu Nena, jadinya saya ajak juga Ibu Nena beserta suaminya untuk ikutan kami ke
Rialto Bridge untuk melihat sunset.
|
Bareng Ibu Nena dan Suaminya |
Gedung gedung di Venesia benar-benar membingungkan. Sygic saya gak bekerja kalau kami sedang berada di gang sempit diantara gedung-gedung itu. Tapi jangan khawatir karena sepanjang gang-gang sempit itu ada banyak tanda yang menuliskan
RIALTO BRIDGE. Hari itu kami sampai Rialto Bridge dengan selamat. View dari
Rialto Bridge memang benar-benar cantik - romantis. Saking romantisnya kita harus hati-hati, kala itu saya melihat seorang menawarkan bunga mawar kepada seorang wanita dan wanita itu menerimanya. Lalu penjual bunga mawar tersebut meminta uang kepada pasangan dari wanita tersebut. Agak sedikit maksa sih. Ya terpaksa sang pria memberikan beberapa euro kepada penjual tersebut.
|
Rialto Bridge yang terkenal itu! |
|
Suasana Venesia di malam hari |
Setelah bernarsis ria bersama Ibu Nena dan suaminya, kami berempat berpisah pulang ke hotel masing-masing. Sebelum pulang, saya dan Didit memilih untuk mencari makan malam dan malam itu kami memilih pizza. Lumayan 1.5 Euro untuk 1 slice pizza.
|
Menikmati pizza di pinggir kanal. |
14 September 2014
Pagi-pagi sekali kami sudah siap untu menjelajah Venesia lebih dalam. Pagi itu kami sekalian
check out dari hotel tempat kami menginap. Kali ini kami memilih jalan lain untuk menuju Piazza San Marco (alun-alun dari kota Venesia). Hari itu kami benar-benar hanya mengandalkan kaki kami untuk menuju S.Marco. Rasa capek yang kami rasain sebanding sama
view yang kami dapat di sana. Subhanallah.
Kota ini benar-benar cantik!
|
Harus merogoh kocek 8 Euro untuk bisa melihat view ini. |
|
Banyak pelancong bro! |
|
Cuma bisa mototin Gondola! |
Setelah puas memanjakan mata, kami akhirnya kembali ke Stasiun. Kata orang belum afdhol kalo belum nyasar di sana dan kami benar-benar kesasar. Hahaha. Bermodalkan navigasi ba*co*t akhirnya kami menemukan jalan pulang.
|
* Garis berwarna hijau adalah rute kami di hari pertama dan garis berwarna merah muda adalah rute kami di hari kedua. Semua ini bermodalkan dengkul saja. (Kami sempet nyasar di hari kedua) |
Di Venesia juga kami merasakan enaknya GELATO, Bener-bener maknyos. Siang-siang makan eskrim. Nyamnyam... :)
Terimakasih Venesia buat 2 harinya! Kota paling romantis yang pernah saya datangi. Alhamdulillah.
0 komentar