Catatan Deem

Scopriminera!
Perjalanan hari terakhir dari rangkaian acara Intensive Course di Bard akan ditutup dengan fieldtrip ke Scopriminiera, sebuah tambang bawah tanah yang dulunya menambang talc dan sekarang di alih fungsikan sebagai sarana untuk mengenalkan geologi daerah setempat kepada masyarakat baik lokal maupun mancanegara. 

Kami bertolak menuju Prali dari Bard. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Diawal perjalanan sebelum memasuki tol kami membelah jalanan di Bard. Tepat setelah turun dari Forte di Bard, kita dapat melihat jalan yang dibuat oleh bangsa Roma. Jalan setapak yang membelah bukit. Jalanan tersebut luput dari banjir besar yang melanda Bard dan sekitarnya di tahun 2000-an. Takjub melihat jalanan peninggalan bangsa Roma, pandangan saya teralihkan dengan rumah-rumah minimalis berhalaman luas dengan aksen eropa. Satu kata. Cantik. Sementara di sisi lainnya mengalir sungai Dora Baltea dimana diatasnya tak jarang kita menemukan jembatan peninggalan bangsa Roma. Tak berapa lama di sebelah kanan saya sudah berdiri dengan kokoh sebuah bukit besar dengan boulder2 sisa rockfall beberapa tahun lalu. Tak jarang di beberapa sisi, sisa rockfall tersebut telah ditumbuhi pepohonan. Sementara rumah yang berada di area longsoran tersebut telah kosong ditinggalkan penghuninya. Lagi-lagi pemandangan seperti ini saja menjadi sangat wah dimata saya. Pemandangan ini menutup sesi jalanan Bard menuju Prali. Dan sekarang kita mulai memasuki tol.
View sepanjang perjalanan!
 Sepanjang tol ini saya hanya memandang keadaan di luar sana sambil mendengarkan penjelasan Marco mengenai kondisi Geologi daerah yang kami lewati. Sesekali saya memandang takjub ketika Marco menunjuk sesuatu. Hampir satu jam kami berada di jalan tol, bus pun mulai memasuki suatu daerah. Jalanan mulai menyempit dan berkelok-kelok. Di beberapa lokasi, kami melintasi sungai dengan air yang sangat sangat jernih. Saya berani bertaruh air sungai tersebut pasti sangat dingin. Bbbrrr. Kami juga menemukan tambang talk di pinggir jalan dan tak jauh dari situ petualangan kami memasuki underground panjang di mulai.
Welcome to Scopriminiera!

Bus berhenti di lokasi parkir. Satu persatu peserta mulai keluar bis merapatkan resleting jaket mereka. Memang tidak sedingin geowisata kami sebelumnya, tapi lumayanlah udara disini membuat pipi sedikit beku :D. Kami pun segera naik menuju kantor dari Scopriminera. Aaaa. Pinus. Sepanjang perjalanan menuju kantor sejauh mata memandang pohon pinus yang kami temukan. Udara benar-benar segar.
 
Setibanya di kantor, kami segera menuju ke sebuah ruangan untuk mendengarkan penjelasan mengenai Scopriminera. Setelah itu kami segera menuju ke underground. Kami berjalan melewati jalanan yang sama ketika kami naik ke kantor. Kali ini saya lebih bersemangat *turun* dibanding ketika *naik* ke atas. 

Lorong menuju kantor dan underground

Sebelum memasuki area underground terdapat beberapa poster yang menurut saya informatif yang menjelaskan batuan apa saja yang terdapat di sana, dll. Media yang sangat cocok untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar. 

Pojokan poster ! :)
Sebelum memasuki underground, kami juga  diharuskan mengenakan helm dan ponco mengingat udara di dalam dingin dan di beberapa titik terdapat genangan dan tetesan air. Mulai deh saya beserta lainnya sedikit narsis. Hhee.
Pada narsis! :)
 Perjalanan pun dimulai. Taraaaa.

Kami akan memasuki underground dengan kereta. Sebelumnya kami berkumpul di suatu ruang melihat video. Lagi-lagi mengenai Geologi daerah tsb. Aaa. I do love Geology!  Setelah video selesai diputar kami mulai mengambil posisi masing-masing. Mengencangkan sabuk pengaman (fyi : jika terdapat satu saja sabuk pengaman peserta tidak terikat kencang, maka akan terdengar sirene dan kereta tidak akan berjalan.) Setelah semua peserta telah mengencangkan sabuk pengamannya, kereta pun mulai berjalan perlahan-lahan.
Stasiun Kereta

Di dalam sangat gelap gulita, terdapat beberapa penerangan di beberapa sisi. Udara pun sangat dingin. Hal ini dikarenakan terdapat sebuah blower besar untuk mengatur sirkulasi udara di dalam. Sambil kereta berjalan kita bisa mendengarkan suara berbahasa Itali yang saya juga gak tau arti pastinya apa. Dari beberapa orang, saya tau bahwa suara tersebut menjelaskan letak kita sedang berada di waktu geologi bagian apa beserta batunya. Bisa dibilang koleksi batu di underground ini sangat lengkap, mulai yang paling tua sampai kuarter. Mulai dari samudera sampai benua. Jadi kita seolah dibawa melewati lorong waktu.
Naik kereta api! Tut...tut...

Dari sisi Geoteknik nya kita bisa melihat beberapa spot yang disemen, di bolt, ataupun disangga dengan kayu/besi. Hal ini berguna untuk mencegah rockfall. Salut buat engineer disana!
Salah satu sisi underground yang diber penyangga
 Selama kurang lebih 30 menit perjalanan, kereta pun berhenti. Kami segera turun dan kali ini kami mulai berjalan sambil sesekali berhenti di beberapa titik mendengar penjelasan mengenai batuan di dalem underground tsb. Disana kita bisa menemukan batuan yang berasal dari kerak samudera dan benua berdampingan. Serta berjalan melewati fault / patahan yang mereka yakini masih aktif sampai sekarang. Di zona fault ini, jalan sedikit lebih becek dari yang lain, karena air menetes dari atas melalui fracture / rekahan yang ada. Tak berapa lama kami berjalan kami berada di ujung underground lainnya. Dan Subhanallah. View dari sana bener-bener cantik. Jejeran gunung menjadi plus dari view disana. Kita juga bisa belajar dari papan yang menjelaskan mengenai nama-nama gunung yang terdapat di depan kita.
Bola Dunia di dalam Underground!

View dari sisi lain dari underground!
Berhubung masih banyak yang harus dilakukan di *luar* sana kami kembali masuk ke dalam underground, berjalan sampai lokasi kereta kami berhenti, melanjutkan perjalanan keluar dengan kereta yang telah menanti kami. 

Perjalanan luar biasa menembus kerak samudera – benua, melewati skala waktu geologi dan berakhir di hijaunya pepohonan pinus. Geowisata 2 hari yang sangat menyenangkan! Sebenarnya sama saja dengan fieldtrip di Indonesia, tetapi karena lokasi nya belum pernah saya datangi jadi saya bener-bener excited sekali! 

Iseng moto di Scopriminiera :D
 

“
…….
RELEVANT INFORMATION FOR THE FIELD TRIPS: Please, take into account to have with you warm clothes, waterproof jacket and trekking shoes both for the mountain field trip and the mining site.”
….”

H-7 keberangkatan email tersebut masuk ke dalam inbox saya. Memang awalnya yang saya tau akan diadakan fieldtrip ke salah satu institut yang berada di daerah dengan ketinggian 2900-an mdpl. Yang ada di pikiran saya waktu itu, pasti institut ini hanya bangunan dengan kelas-kelasnya yang berisi buku di beberapa bagian. Gak ada ekspektasi lebih untuk ngeliat salju ataupun memegangnya. Mengingat di hari keberangkatan masih peralihan dari summer ke autumn jadi saya gak berharap banyak. Yang jelas saya excited banget dengan fieldtrip kali ini karena setidaknya saya akan berkunjung ke daerah pegunungan.

Namun ketika saya tiba di lokasi, Diego dan Gioacchino memberitahukan mungkin kami masih bisa menyentuh salju disana. Ya berdoa saja kata mereka. Mendadak semangat saya menggebu-gebu untuk segera bertemu tanggal 11 September.

11 September 2014.

Pagi-pagi sekali kami harus sudah siap di lobi hotel. Setelah menyantap sarapan pagi, kamipun segera berjalan menuju parkiran Bus dan haapp begitu naik ke atas bus, kami ambil posisi masing-masing di bus. Tidak berapa lama kemudian, bus mulai berjalan. Kami diajak melewati kota sampai memutar di stasiun Pont Saint Martin. Ya semacam city tour . Sebelumnya bus kami melewati ancient roman bridge yang lagi-lagi lolos dari terjangan banjir di awal 2000an.

Suasana pedesaan sepanjang jalan menuju Monterossa!
Perjalanan pun dilanjutkan membelah kota-kota kecil. Kota kecil ini adalah kota tersepi yang pernah saya liat. Hanya ada beberapa rumah dengan mobil yang terparkir tanpa saya liat pemiliknya satu-pun. Ahh, kota ini terlalu sepi dengan dinginnya kehidupan disana.
Sepi men sepi!
Ketika bus telah berjalan sejam lamanya, mulai terlihat puncak gunung dengan salju diatasnya. Monterossa di kejauhan. Dan saya Cuma bisa bilang Subhanallah. Gunung kedua tertinggi di Italy berada sedikit dekat dengan saya. Bener-bener dekat. Alhamdulillah. Ditambah lagi tujuan kami ini adalah salah satu rangkaian Pegunungan Alpen.
Stafal - Gabiet 1825 mdpl
View dari Stafal - Gabiet
Kamipun tiba di Stafal-Gabiet 1825 mdpl. Disitu aja view nya udah keren banget, gimana view diatas sana? Gak kebayang! Keluar dari bus, masing-masing peserta mulai mengenakan jaket, sarung tangan masing-masing. Marco mengantri untuk membelikan tiket kereta gantung yang akan membawa kami ke tujuan kami. Setiap kereta gantung dapat diisi maksimal 7-8 orang. Saya memilih kereta paling terakhir.  Dari Stafal-Gabiet kami menuju Collo d`Ollen  dimana Istituto A.Mosso berada. Sebelum mencapai institute kami harus naik kereta gantung sebanyak 2 kali. Perjalanan pertama menghabiskan waktu sekitar 15 menit dan perjalanan kedua memakan waktu 30 menit. Sepanjang perjalanan dari Stafal – Gabiet pemandangan benar-benar amazing! Saya-pun mendapat penjelasan singkat mengenai geologi pegunungan ini dari Marco. Disini terdapat beberapa jenis batuan yang hampir didominasi oleh batuan metamorf, granit, dan ultra basa.

Monterossa Ski!
Begitu sampai di Collo d`Ollen, saya cuma bisa takjub. Ditambah takjub lagi ketika Luca memberitahu saya bahwa masih ada gundukan salju. Saya otomatis langsung berlari ke gondokan salju itu. Biarin deh dibilang dusun juga, yang penting ini Salju pertama saya. Huuuaaaa. Alhamdulillah. Saya tidak melihat Didit, padahal dia berada di salah satu kereta paling depan. Begitu saya mulai bermain-main salju baru datang Didit menghampiri salju pertama kami. Hahahaa..

Hari itu saya dan Didit selalu berada di barisan paling belakang, mengingat kami selalu berusaha mengabadikan momen-momen dengan kamera kami sementara peserta yang lain berjalan di depan kami. “Dyah – Thomas, come on!” , gak jarang kalimat tersebut di ucapkan para panitia ketika kami tertinggal dari rombongan. Hahaaa.. tak apalah ya. 



Setelah selesai bermain salju, kami berkumpul di sebuah bangunan, mendengarkan penjelasan Marco (lagi) mengenai batuan di daerah tersebut. Kenapa di bangunan? Gak di singkapan yang ada di sana? Yapp,, bangunan tersebut dibangun dengan tempelan batuan asli yang diambil dari daerah sekitar. Jadi kita bisa liat berbagai jenis batuan di dinding bangunan tersebut. Lengkap. Gak perlu jauh-jauh ke singkapan. Hhe. Dari penjelasan Marco, kita bisa menemukan batuan beku (batuan yang terbentuk dari pembekuan magma) seperti aplitic granite dan batuan metamorf seperti mica schist dengan mineral berbentuk planar (silimanite, biotite, mica, quartz, plagioclase), dan serpentin. Selain itu, selama terjadi proses uplift / pengangkatan dari kerak samudera dan benua yang diiringi terbentuknya fault / patahan di beberapa titik menyebabkan hydrothermal fluid menyelinap di antara rekahan-rekahan yang terbentuk. Hal ini lah yang menyebabkan kita bisa melihat beberapa batuan alterasi juga di sana.

Panorama dari Coll d` Ollen
Udah cukup puas dengan bangunan di sana, kami berjalan ke salah satu spot dimana terdapat singkapan isoclinal fold (lipatan isoklinal). Gak mau buang kesempatan, langsung saya abadikan penjelasan Marco dengan kamera yang saya bawa. Fold ini terdapat di salah satu batuan metamorf, serpentin dan mica-schist. Batuan ini merupakan batuan yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi, sekitar 10km. Bisa kebayang kan gimana batuan yang tadinya ada jauh di dalam bumi bisa ke ekspos ke permukaan? That`s why I love my job!! Kita dipaksa masuk ke dunia imajinasi kita,  membayangkan hal-hal yang luar biasa dengan skala raksasa terjadi di bumi ini hanya dari hasil yang tersingkap sekarang. The present is the key to the past. Fieldtrip kali ini bener-bener Geowisata banget! :)
Bapak Angelo Mosso

Istituto A. Mosso
Melintas batas melewati imajinasi kami masing-masing, kami ditarik lagi ke dunia nyata. Berpaling dari si lipatan kami segera bergerak menuju institute. Kami segera masuk ke dalam bangunan, berusaha mencari sedikit kehangatan di dalam ruangan. Kami berkumpul di salah satu ruangan, melihat presentasi dari beberapa pakar mengenai sejarah institute dan segera berkeliling institute. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok ini memiliki kajian khusus masing-masing dan saya memiliki tema hazard. Institut ini sebenarnya sedang dalam tahap pengembangan menjadi sebuah *museum*. Jadi beberapa kelompok dengan temanya masing-masing ini, memulai “kerja kelompok”. Kami diharuskan mendesain tata letak dari setiap ruang, hal apa yang harus di tambahkan sehingga institute ini dapat menjadi sarana education bagi pengunjung yang datang dan mereka setidaknya mendapatkan pembelajaran mengenai geologi dll. Saya memilih hazard karena menurut saya dibalik keindahan yang ada di Monterossa terdapat juga ‘sisi lain’ yaitu hazard yang dapat melanda kapan saja. Jadi hazard merupakan salah satu hal penting di museum ini. Setelah berdiskusi panjang lebar, kami pun segera kembali ke ruangan dimana kami pertama kali masuk.
Course
Salah satu media untuk memberikan pendidikan mengenai avalanche
Sambil menunggu kelompok lain menyelesaikan diskusinya, saya memilih keluar untuk menikmati udara segar di sana. Kali ini cuaca berpihak kepada saya. Puncak Monterossa terlihat jelas di depan saya. Tanpa ada kabut yang menghalangi pandangan. Benar – benar amazing!!! Terimakasih Allah SWT, saya bisa berdiri di sini. Allahu Akbar! 

Perjalanan hari ini ditutup dengan diskusi tengah malam di hotel dengan mata terkantuk-kantuk! Bye! Geowisata yang menyenangkan :)




What an amazing view!
Mobil yang dikendarai Diego pun melesat di jalan tol menuju Bard. Saya dan Didit duduk di bangku belakang terhanyut dalam pikiran masing-masing. Jalan tol ini terasa asing. Bagaimana tidak? Biasanya kalau saya berada di sisi kiri, maka saya akan melihat pepohonan, ladang ataupun rumah. Sementara sekarang yang saya lihat jalan tol di sisi lainnya. Perbedaan posisi driver antara Indonesia dan Negara-negara di Eropa membuat saya  tetap merasa aneh selama 2 minggu berada di sana. Menyebrang pun jadi kikuk. Terlepas hal tersebut, saya mulai menikmati view ini. Sepanjang perjalanan menuju Bard mata saya pun menguning melihat ladang jagung dimana-mana.

Welcome to Forte di Bard!
Forte di Bard!
Setelah hampir satu jam lamanya, Diego menunjukkan bukit nan jauh disana. Dia berkata “ We will go there!” Waaww. Semacam kita akan memasuki kehidupan jaman dahulu karena bukit-bukit itu menambahkan kesan kuno di daerah tsb. Malah menurut saya , lembah diantara bukit itu jika tanpa bangunan, maka kita seperti ditarik paksa memasuki kehidupan dinasaurus. Bener-bener fantastic! Mulut saya menganga berkali-kali, takjub dengan ciptaan Allah SWT. 

Pemasangan net untuk mencegah rockfall.
Mobil pun mulai berbelok, tidak lagi ladang jagung, namun bukit-bukit besar menjulang tinggi sementara di antaranya terdapat kota tempat kehidupan manusia. Yaap. Di suatu lembah di salah satu pojok Itali, berdiri sebuah kota. Kota ini dikelilingi dengan  batuan raksasanya. Kita manusia seperti hanya seujung jarum dibanding bukit-bukit raksasa ini. Saya juga takjub dengan kondisi geoteknik di sana. Mereka berani membangun rumah diantara batu-batu, memasang net/bolt di titik yang memang rawan longsor, menata kota tersebut menjadi lebih cantik tanpa terlalu membawa perubahan. Seperti yang Sukarno bilang "Jangan pernah melupakan sejarah!".

Hotel Stendhal, Bard
Diego mulai mengarahkan mobilnya ke jalan yang sempit. Ohiya, mobil di sana rata-rata berukuran mini. Tidak seperti di Indonesia yang relatif besar, mobil disana kebanyakan bertipe seperti mobil Yaris, dll. Jadi jalan sempit pun masih muat untuk 2 mobil. Mobil pun berhenti di lahan parkiran, kami mengambil koper masing-masing, segera check-in di Hotel Stendhal . Hotel Stendhal sendiri walaupun kecil tapi sangat nyaman. Terdiri dari 3 lantai dimana lantai dasar digunakan untuk lobi, restoran, dan bagian resepsionis sementara lantai pertama dan kedua digunakan untuk kamar para tamu. Setiap kamar pun memiliki kamar mandi dalam, kasur single/double, lemari, kursi, meja rias, kulkas, dan space yang lapang untuk meletakkan barang. Saya sekamar dengan peserta yang berasal dari Switzerland, Elody. Setelah meletakkan barang, saya dan Didit mulai berjalan menuju Forte di Bard untuk mengikuti pembukaan intensive course. Waktu itu kami masih jetlag, kami tiba disana sekitar pukul 12.30 dan acara berlanjut sampai pukul 20.00. Mata saya bener-bener berat namun saya masih harus bertahan sampai makan malam selesai.

Kentang, steak, mozarela
Ohiya, selama saya berada di Bard, hampir di setiap waktu makan, dalam satu kali makan bisa ada 4 ronde. Menu pertama adalah daging asap atau sayuran, menu kedua kita akan mencicipi pasta, menu ketiga adalah makanan utama (biasanya akan dihidangkan daging), lalu menu terakhir adalah makanan penutup (puding atau es krim). Tak lupa, mereka selalu menyediakan roti di meja makan. Yang jelas porsi makan di sana bagi saya sangat banyak. Makan malam pertama saya, mereka menyajikan kol yang dibakar ditambah terong (menu vegetarian) buat saya. Waktu saya mencicipi pertama kali, rasanya, hhmmmm. Langsung tidak saya habiskan, mendadak saya rindu nasi. Huhuu,, saya udah sedih kalau makanan saya beberapa hari ke depan akan selalu seperti itu, tetapi alhamdulillah ternyata itu hanya menu pembuka saja. Berikutnya datang pasta dengan saus tomat dan setelahnya daging steak yang rasanya maknyos. Ohiya, saya selalu membawa saus sambal kemanapun saya pergi, menurut saya kalau gak pedes bukan makan namanya, gak nendang. Hhe.  Btw, karena saya tidak bisa memakan bacon (daging babi), maka ketika yang lain disajikan bacon/ham saya akan disajikan menu vegetarian. Saya juga berhasil menikmati berbagai jenis keju asli Itali, favorit saya adalah mozzarella. Hampir setiap daerah memiliki keju dengan khas-nya masing-masing. Mulai dari yang enak sampai yang terasa aneh di lidah. Rasanya? Silahkan coba sendiri. Hhe. Selain itu kita bisa menemukan makanan khas Itali yaitu Salami. Sayang, saya tidak dijinkan mereka untuk mencicipi Salami karena menurut mereka terdapat campuran yang tidak bisa dimakan oleh saya. Overall, saya bisa menikmati makanan khas sini. :)

Kalo gak mau capek naik lift ini aja?!
Setibanya di Forte di Bard, kami berjalan berdua saja karena Diego dan Gioachino akan menjemput peserta lainnya di stasiun. Baiklah petualangan kami di mulai! J. Diawali dengan lift yang membawa kami menuju bagian lain dari Forte di Bard dan taraaaaaa...kita bisa melihat view dari sisi sini secara keseluruhan. Tidak menemukan panitia satupun, kamipun Berjalan berjalan dan berjalan. Sudah merasa lelah mengelilingi Forte di Bard dan selalu takjub dibuatnya kami-pun akhirnya bertanya ke bagian office dimana lokasi intensive course sebenarnya. Sepanjang perjalanan menuju lokasi course , saya salut buat para engineer yang membangun benteng ini. Mereka sudah memperhitungkan sedemikian rupa sehingga benteng ini dapat berdiri dengan kokohnya di atas bukit. Untuk memutari nya kita bisa menaiki lifts ataupun berjalan kaki. Pertama sampai disana saya menaiki lift sedangkan selanjutnya saya lebih memilih berjalan. Selama perjalanan kita dapat menikmati panorama daerah sekitar. Mulai dari roman road, sungai Dora Baltea, bukit-bukit raksasa, sampai beberapa struktur geologi di daerah tersebut.

Atau dengan berjalan kaki memutari benteng ini dari atas sampai bawah. 

Forte di Bard
Forte di Bard merupakan salah satu contoh dari pertahanan militer di tahun 1800-an. Benteng pertahanan ini berada di tepi sungai Dora Baltea yang membelah kota Aosta. Selain itu, Forte di Bard menjadi saksi bisu dalam peperangan antara prajurit Aosta - Piedmont dengan tentara Napoleon pada tahun 1800. Setelah mengalami beberapa kali perbaikan, sekarang Forte di Bard terbagi menjadi 3 tingkat yaitu Ferdinando Opera di bagian paling bawah, Vittorio Opera di bagian tengah dan Carlo Alberto Opera di bagian atas. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Forte di Bard bisa klik http://www.fortedibard.it/ .
Kegagahan dari Forte di Bard diatas bukit! Membelah bukit pun dilakukan untuk membuka jalan. 

Morning from Bard!
Di dalam Forte di Bard ini kita bisa mengunjungi The Museum of The Alps. Disini kita bisa belajar mengenai sejarah dan kehidupan masyarakat di sekitar Alpen. Media yang digunakan juga sangat menarik. Namun kebanyakan tidak disertai dengan bahasa Inggris sehingga saya hanya bisa mengira ngira makna dari setiap sudut/booth yang saya datangi. Bagian paling menarik buat saya adalah bagian Geologi. Disini terdapat contoh mineral-mineral yang terdapat di Aosta dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat gambar pegunungan Alpen dengan puncak-puncaknya yang menjulang tinggi serta semacam simulasi dari beberapa fenomena geologi. Empat hari yang sangat menyenangkan Bard! Thanks! J
Salah satu sudut di Museum

Koleksi mineral di Museum!

fyi :
*dari Turin kita bisa ke Bard dengan kereta. Harga tiket sekitar 6.7Euro dari Porta Nouva Station. Berhenti di Stasiun Pont.Saint Martin. Dilanjutkan dengan bus menuju Bard.

Siang itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.20. Akhirnya setelah penerbangan panjang kami, kami pun tiba di Italy! Ciao! Siang itu kami disambut oleh Gioachino dan Diego yang menjemput kami di Bandara. Begitu keluar bandara, udara panas khas Summer menyapa kami. Menurut Gioachino dan Diego, sekarang adalah hari-hari terakhir Summer sebelum memasuki Autumn. Oke, mari berpanas-panasan sebelum menuju Aosta! *tujuan kami adalah Forte di Bard, Aosta.
Diego dan Gioachino yang datang menjemput kami, thanks guys! :)
Selama di perjalanan menuju Bard, saya masih gak percaya saya udah berada di Italy, negara yang jaraknya beribu-ribu mil dari Indonesia. Bener-bener seperti mimpi. Allahu Akbar  - Allah Maha Besar. Pikiran pun melayang-layang melewati lorong waktu ke satu hari sebelumnya. 

8 September 2014
Mama saya jauh-jauh datang dari Lampung demi mengantarkan putri bungsunya ke bandara. Dulu, mama-bapake juga dateng ke Jakarta buat nganterin saya ke Bandara sebelum berangkat ke Turki. Aaaa,, Mama sama Bapake orang tua paling sweet buat saya! :) . Mama juga ngebantuin saya packing, nyaranin saya jangan bawa baju banyak-banyak nanti over baggage dan akhirnya saya pun hanya membawa beberapa stel pakaian yang pas banget sesuai kebutuhan disana. 
Thanks Mom :*
Sesampainya di Bandara, sambil menunggu rekan saya datang, gak lupa saya ngajakin mama saya buat poto selfie. Hhe. Dan tepat jam 16.30 WIB saya dan rekan saya mulai check in sementara mama saya ke terminal lainnya menunggu pesawat ke Lampung. Thanks Mom. :*

Dan sekarang perjalanan saya bersama rekan saya Didit dimulai. Jengjengjeng!!!!! Ketika check-in untuk penerbangan sampai Singapore kami menggunakan Garuda Indonesia. Kali ini kami duduk bersebelahan namun untuk penerbangan selanjutnya dari Singapore - Belanda kami terpaksa harus duduk sendiri sendiri karena hari itu flight-nya penuh. Mana saya gak dapet duduk deket jendela, huffhh,, mari kita tidur sepanjang perjalanan! 


Setibanya di Singapore, kami harus ke Terminal 2 dengan skytrain. Sebelumnya kami mencari jadwal penerbangan di layar di ruang tunggu. Setelah check-in barulah kami jalan mengelilingi Changi.  Lumayan kami memiliki waktu sekitar 2 jam. Didit mencari smooking area sementara saya mencari mushola. 

Tepat pukul 00.05 waktu Singapore, pesawat kami pun tinggal landas. Daadaaahhh Asia. Welcome Eropa! :)! Berhubung udah tengah malem, mata saya udah gak bisa diajak kompromi. Tapi perut saya keroncongan, alhasil saya paksain mata buat melek sampai makanan datang. hhe. Sementara si Didit udah tidur dan kelewatan makan malamnya. hhiii.. :D
Makan Malam di KLM
Setelah makan malam yang telat, saya pun mulai nonton film dan akhirnya saya ketiduran. :D :D :D Good night! 

9 September 2014
Welcome Schipol! :)
Alhamdulillah sekali lagi. Sampai juga di Belanda. Ya walaupun cuma transit lumayan menuh-menuhin cap di paspor.
Schipol Amsterdam

Setibanya di Schipol kami segera ke self check-in Machine. Iseng aja sih mastiin flight kami (padahal kami udh dapet boarding pass,hhe). Terus segera jalan kaki menuju Gate keberangkatan. Di penerbangan Belanda-Turin ini saya dan Didit dapet duduk bersebalahan. Untungnya saya dapet kursi deket jendela dan view di bawah sana bener-bener keren! :) Dari sini saya bisa liat Peg. Alpen! Alpen men!!!! Yang dulu cuma saya liat dari buku2 sekarang saya ada di atas nya. Alhamdulillah :D
Self Check In Machine
CIAO ITALY!

Perjalanan saya ke Italy ini bisa dibilang adalah perjalanan serba mandiri. Semua diurus sendiri. Mulai dari visa, tiket pesawat, penginapan, destination dan hal-hal lainnya. Apa aja yang harus disiapin? Well, saya bakal coba share mengenai persiapan trip saya ke Italy kemarin.

Pertama-tama saya membuat itinerary kasar mengenai trip saya ke Italy ini. Masih kasar banget lah. Tujuan saya sih buat ngitung budget yang dibutuhin. Gak cuma 1 plan aja tapi sampai 3-5 plan. Maksud hati mah cari yang paling pas sama budget dan masih rasional. Setelah itinerary kasar jadi, saya mulai menyiapkan hal-hal lainnya.

  • PENGINAPAN
Saya mulai mencari penginapan yang masih masuk dalam "kantong". Karena di awal-awal trip saya gak sendirian ke Italy-nya jadi saya book penginapan dll bersama rekan saya lainnya. Kami memilih penginapan dengan low-budget. Sangat susah mencari penginapan dengan budget dibawah 20 Euro/night. Alhamdulillah kami mendapatkan penginapan dengan rate 20-an Euro/night selama di Turin dan 30-40 Euro selama di Venice. Kalau kita memilih apartemen, akan sangat menghemat budget selama disana.

  • VISA SCHENGEN
Ini nih salah satu hal paling krusial untuk bisa masuk ke negara Italy. Kita harus punya visa schengen. Dengan visa schengen ini kita bisa masuk ke negara-negara yang tergabung dengan Uni Eropa dan beberapa negara bukan UE .

Saya membuat visa schengen dari kedubes Itali karena tujuan utama negara saya di Eropa adalah Itali. Dalam prosesnya, Kedubes Itali sudah menunjuk Vfs Global sebagai pelaksana pembuatan visa. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
1. Mengisi formulir yang bisa diunduh  http://www.vfsglobal.com/italy/indonesia/Bahasa/index.html Kalau kita kesusahan dalam mengisi kosongkan saja bagian yang kita kurang paham, nanti diisi pas menyerahkan berkas-berkas.
2. Foto 2 lembar berukuran 3.5 x 4.5 cm sesuai standar ICAO dengan latar belakang berwarna putih. Saya terpaksa mengulang poto karena kata mereka kening saya masih kurang terlihat. Saya-pun mengulang foto di Vfs Global langsung dengan biaya 45000 rupiah. 
3. Menyiapkan rekening koran yang harus ada cap/ttd dari pihak bank dan surat rekomendasi dari Bank tempat kita menabung (Persiapkan saja saldo di rekening minimal 50 juta rupiah, memang tidak ada peraturan tertulis mengenai jumlahnya, tetapi dari hasil review pengalaman orang lain, rata rata mereka menyiapkan saldo dengan jumlah tsb. Ada yang bilang jangan sampai ada saldo dadakan masuk ke dalam rekening, namun selama 3 hari berturut turut orang tua saya men-transfer sejumlah uang ke rekening saya untuk menutupi saldo tersebut. Saya udah waswas sih di bagian ini, untuk jaga-jaga saya-pun sudah membuat surat keterangan dari orangtua dengan tanda tangan di atas materia kalau-kalau mereka menanyakan saldo dadakan ini.) Tapi alhamdulillah lancar.
4. Paspor dan fotokopi bagian biodata paspor.
5. Surat sponsor dari kantor tempat kita kerja. Surat sponsor ini menjelaskan bahwa kita akan berkunjung ke negara xx dari dan sampai tanggal berapa, dan menerangkan bahwa kita akan kembali sesuai rencana yang kita buat sebelumnya. 
6. Reservasi tiket pesawat dan penginapan selama di negara tsb. Untuk tiket pesawat, saya memesan melalui travel agen, sementara penginapan dll saya mencari sendiri melalui beberapa website seperti booking(dot)com, dll. Supaya tidak menimbulkan pertanyaan, disarankan untuk reservasi penginapan harus urut sesuai banyaknya hari kita di sana. Jadi misal hari 1-2 kita menginap di hotel A, hari 2-7 di hotel B, dst sampai tanggal kepulangan. Nama pemesan baik pesawat maupun penginapan harus sama dengan paspor.
7. Kalau dateng ke sana karena undangan, bisa membawa fotokopi undangan.
8. Travel Insurance . Saya menggunakan Travel Insurance Zurich Gold. 
9. Bawa aja fotokopi dan dokumen asli dari Kartu Keluarga, KTP, Akta Kelahiran. *buat jaga-jaga. 
10. Untuk informasi lebih detail bisa dilihat di http://www.vfsglobal.com/italy/indonesia/Bahasa/official_invitation.html

Sambil menyiapkan berkas, saya membuat janji dengan Vfs. Rata-rata dari kita membuat janji sampai hari penyerahan berkas sekitar 7 hari. Jadi setelah membuat janji, saya melengkapi berkas-berkas yang saya rasa masih kurang. 

Di Hari H, datanglah sesuai jam yang telah dijanjikan. Waktu saya sampai di dalam, antrian sudah lumayan banyak dan ada beberapa nomor antrian yang 1 nomor antrian bisa sampai 5-6 dokumen yang diserahkan (biasanya yang dari travel agen/group). Jadi ya sabar-sabar aja menunggu antrian. Bawa aja buku biar bisa menghabiskan waktu, soalnya kita gak boleh mengaktifkan handphone selama di dalam ruangan. Kalau berkas kita lengkap, dijamin bakal lancar dan cepat :). Tinggal berdoa saja berkas kita lolos di Embassy karena yang berhak menerima/menolak adalah pihak embassy.

  • TIKET PESAWAT
Sangat disarankan memesan tiket jauh-jauh hari. Kemarin saya membeli tiket sekitar 3 minggu sebelum berangkat. Setelah mendapatkan kepastian tentang visa schengen langsung cari-cari tiket pesawat lagi melalui beberapa website, saya membandingkan harga melalui skyscanner dan ebookers (untuk multiply). Setelah mendapat harga yang sesuai, saya segera memberikan itinerary saya ke travel agen - cari sana cari sini - dan yapp tiket pesawat di tangan. Alhamdulillah. KLM - Air France.

  • TIKET KERETA
Untuk menjangkau beberapa destination, saya memilih menggunakan kereta. Untuk jadwal bisa dilihat dari trenitalia.it . Dan transportasi harian saya memilih menggunakan kendaraan umum seperti metro, bus, dan tram (untuk public transportation di Torino bisa dilihat di http://www.gtt.to.it/ ). Saya memilih menggunakan tiket mingguan (12 Euro/1 week , berlaku untuk semua jenis public transportation di Torino dan Tiket Harian sebesar 4.5 Euro/ 1 day di Milan).

  • NEW ITINERARY 
Makin mendekati hari H, itinerary yang jadi semakin mendetail. Ya memang sih waktu pelaksanaannya gak pas banget sama itin, banyak hal-hal di luar rencana yang malah bikin perjalanan saya tambah seru, tapi setidaknya saya udah punya pegangan mau ngapain aja disana :D

Rencanakan perjalanan kalian sendiri! Dijamin seru :)

Itinerary yang udah saya buat
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Foto saya
deem
Dyah. Geologist. ALSTE 2009. HMGUNPAD. Love traveling. Live your life!
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2015 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (4)
  • ▼  2014 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (4)
    • ▼  Oktober (5)
      • Geowisata 2 : Scopriminera
      • Geowisata 1 : Monterosa, Italy
      • Secuil Cerita dari Forte di Bard
      • CIAO ITALY!
      • 5 Hal yang Harus Disiapkan Sebelum Melancong ke It...
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (30)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (17)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Februari (4)
  • ►  2011 (33)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (80)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (14)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (10)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2009 (2)
    • ►  September (2)

Popular Posts

  • (Review) Beberapa Vendor Pernikahan di Bandar Lampung
  • Dari Pulau Tanjung Putus sampai Pulau Pahawang
  • Kapal Oleng Kapten! (Gunung Krakatau)
  • MIMPI itu GRATIS
  • Dewi Wara Sembadra

Copyright © 2016 Catatan Deem. Created By OddThemes & Distributed By MyBloggerThemes