Secuil Cerita dari Forte di Bard

What an amazing view!
Mobil yang dikendarai Diego pun melesat di jalan tol menuju Bard. Saya dan Didit duduk di bangku belakang terhanyut dalam pikiran masing-masing. Jalan tol ini terasa asing. Bagaimana tidak? Biasanya kalau saya berada di sisi kiri, maka saya akan melihat pepohonan, ladang ataupun rumah. Sementara sekarang yang saya lihat jalan tol di sisi lainnya. Perbedaan posisi driver antara Indonesia dan Negara-negara di Eropa membuat saya  tetap merasa aneh selama 2 minggu berada di sana. Menyebrang pun jadi kikuk. Terlepas hal tersebut, saya mulai menikmati view ini. Sepanjang perjalanan menuju Bard mata saya pun menguning melihat ladang jagung dimana-mana.

Welcome to Forte di Bard!
Forte di Bard!
Setelah hampir satu jam lamanya, Diego menunjukkan bukit nan jauh disana. Dia berkata “ We will go there!” Waaww. Semacam kita akan memasuki kehidupan jaman dahulu karena bukit-bukit itu menambahkan kesan kuno di daerah tsb. Malah menurut saya , lembah diantara bukit itu jika tanpa bangunan, maka kita seperti ditarik paksa memasuki kehidupan dinasaurus. Bener-bener fantastic! Mulut saya menganga berkali-kali, takjub dengan ciptaan Allah SWT. 

Pemasangan net untuk mencegah rockfall.
Mobil pun mulai berbelok, tidak lagi ladang jagung, namun bukit-bukit besar menjulang tinggi sementara di antaranya terdapat kota tempat kehidupan manusia. Yaap. Di suatu lembah di salah satu pojok Itali, berdiri sebuah kota. Kota ini dikelilingi dengan  batuan raksasanya. Kita manusia seperti hanya seujung jarum dibanding bukit-bukit raksasa ini. Saya juga takjub dengan kondisi geoteknik di sana. Mereka berani membangun rumah diantara batu-batu, memasang net/bolt di titik yang memang rawan longsor, menata kota tersebut menjadi lebih cantik tanpa terlalu membawa perubahan. Seperti yang Sukarno bilang "Jangan pernah melupakan sejarah!".

Hotel Stendhal, Bard
Diego mulai mengarahkan mobilnya ke jalan yang sempit. Ohiya, mobil di sana rata-rata berukuran mini. Tidak seperti di Indonesia yang relatif besar, mobil disana kebanyakan bertipe seperti mobil Yaris, dll. Jadi jalan sempit pun masih muat untuk 2 mobil. Mobil pun berhenti di lahan parkiran, kami mengambil koper masing-masing, segera check-in di Hotel Stendhal . Hotel Stendhal sendiri walaupun kecil tapi sangat nyaman. Terdiri dari 3 lantai dimana lantai dasar digunakan untuk lobi, restoran, dan bagian resepsionis sementara lantai pertama dan kedua digunakan untuk kamar para tamu. Setiap kamar pun memiliki kamar mandi dalam, kasur single/double, lemari, kursi, meja rias, kulkas, dan space yang lapang untuk meletakkan barang. Saya sekamar dengan peserta yang berasal dari Switzerland, Elody. Setelah meletakkan barang, saya dan Didit mulai berjalan menuju Forte di Bard untuk mengikuti pembukaan intensive course. Waktu itu kami masih jetlag, kami tiba disana sekitar pukul 12.30 dan acara berlanjut sampai pukul 20.00. Mata saya bener-bener berat namun saya masih harus bertahan sampai makan malam selesai.

Kentang, steak, mozarela
Ohiya, selama saya berada di Bard, hampir di setiap waktu makan, dalam satu kali makan bisa ada 4 ronde. Menu pertama adalah daging asap atau sayuran, menu kedua kita akan mencicipi pasta, menu ketiga adalah makanan utama (biasanya akan dihidangkan daging), lalu menu terakhir adalah makanan penutup (puding atau es krim). Tak lupa, mereka selalu menyediakan roti di meja makan. Yang jelas porsi makan di sana bagi saya sangat banyak. Makan malam pertama saya, mereka menyajikan kol yang dibakar ditambah terong (menu vegetarian) buat saya. Waktu saya mencicipi pertama kali, rasanya, hhmmmm. Langsung tidak saya habiskan, mendadak saya rindu nasi. Huhuu,, saya udah sedih kalau makanan saya beberapa hari ke depan akan selalu seperti itu, tetapi alhamdulillah ternyata itu hanya menu pembuka saja. Berikutnya datang pasta dengan saus tomat dan setelahnya daging steak yang rasanya maknyos. Ohiya, saya selalu membawa saus sambal kemanapun saya pergi, menurut saya kalau gak pedes bukan makan namanya, gak nendang. Hhe.  Btw, karena saya tidak bisa memakan bacon (daging babi), maka ketika yang lain disajikan bacon/ham saya akan disajikan menu vegetarian. Saya juga berhasil menikmati berbagai jenis keju asli Itali, favorit saya adalah mozzarella. Hampir setiap daerah memiliki keju dengan khas-nya masing-masing. Mulai dari yang enak sampai yang terasa aneh di lidah. Rasanya? Silahkan coba sendiri. Hhe. Selain itu kita bisa menemukan makanan khas Itali yaitu Salami. Sayang, saya tidak dijinkan mereka untuk mencicipi Salami karena menurut mereka terdapat campuran yang tidak bisa dimakan oleh saya. Overall, saya bisa menikmati makanan khas sini. :)

Kalo gak mau capek naik lift ini aja?!
Setibanya di Forte di Bard, kami berjalan berdua saja karena Diego dan Gioachino akan menjemput peserta lainnya di stasiun. Baiklah petualangan kami di mulai! J. Diawali dengan lift yang membawa kami menuju bagian lain dari Forte di Bard dan taraaaaaa...kita bisa melihat view dari sisi sini secara keseluruhan. Tidak menemukan panitia satupun, kamipun Berjalan berjalan dan berjalan. Sudah merasa lelah mengelilingi Forte di Bard dan selalu takjub dibuatnya kami-pun akhirnya bertanya ke bagian office dimana lokasi intensive course sebenarnya. Sepanjang perjalanan menuju lokasi course , saya salut buat para engineer yang membangun benteng ini. Mereka sudah memperhitungkan sedemikian rupa sehingga benteng ini dapat berdiri dengan kokohnya di atas bukit. Untuk memutari nya kita bisa menaiki lifts ataupun berjalan kaki. Pertama sampai disana saya menaiki lift sedangkan selanjutnya saya lebih memilih berjalan. Selama perjalanan kita dapat menikmati panorama daerah sekitar. Mulai dari roman road, sungai Dora Baltea, bukit-bukit raksasa, sampai beberapa struktur geologi di daerah tersebut.

Atau dengan berjalan kaki memutari benteng ini dari atas sampai bawah. 

Forte di Bard
Forte di Bard merupakan salah satu contoh dari pertahanan militer di tahun 1800-an. Benteng pertahanan ini berada di tepi sungai Dora Baltea yang membelah kota Aosta. Selain itu, Forte di Bard menjadi saksi bisu dalam peperangan antara prajurit Aosta - Piedmont dengan tentara Napoleon pada tahun 1800. Setelah mengalami beberapa kali perbaikan, sekarang Forte di Bard terbagi menjadi 3 tingkat yaitu Ferdinando Opera di bagian paling bawah, Vittorio Opera di bagian tengah dan Carlo Alberto Opera di bagian atas. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Forte di Bard bisa klik http://www.fortedibard.it/ .
Kegagahan dari Forte di Bard diatas bukit! Membelah bukit pun dilakukan untuk membuka jalan. 

Morning from Bard!
Di dalam Forte di Bard ini kita bisa mengunjungi The Museum of The Alps. Disini kita bisa belajar mengenai sejarah dan kehidupan masyarakat di sekitar Alpen. Media yang digunakan juga sangat menarik. Namun kebanyakan tidak disertai dengan bahasa Inggris sehingga saya hanya bisa mengira ngira makna dari setiap sudut/booth yang saya datangi. Bagian paling menarik buat saya adalah bagian Geologi. Disini terdapat contoh mineral-mineral yang terdapat di Aosta dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat gambar pegunungan Alpen dengan puncak-puncaknya yang menjulang tinggi serta semacam simulasi dari beberapa fenomena geologi. Empat hari yang sangat menyenangkan Bard! Thanks! J
Salah satu sudut di Museum

Koleksi mineral di Museum!

fyi :
*dari Turin kita bisa ke Bard dengan kereta. Harga tiket sekitar 6.7Euro dari Porta Nouva Station. Berhenti di Stasiun Pont.Saint Martin. Dilanjutkan dengan bus menuju Bard.

Share:

2 komentar