Catatan Deem


Alhamdulillah, akhirnya kaki saya kembali menjejaki salah satu pulau terbaik di Lampung. Pulau yang mungkin belum setenar Teluk Kiluan. Aaaaa, mereka harus tau Lampung punya potensi wisata alam yang besar di Pulau ini.  Rasa lelah 7 jam perjalanan langsung terbayarkan dengan putihnya pasir pantai di pulau ini. Subhanallah :)

Pulau Pisang
Setibanya di Pulau Pisang kami langsung menuju salah satu rumah penduduk asli di Pulau Pisang ini yang masih saudara dengan temannya teman kami. Rumah-rumah di pulau ini sebagian masih berbentuk rumah panggung dan rumah yang kami tinggali-pun masih berbentuk rumah panggung. Untuk mandipun masih menggunakan sumur yang harus dipompa dengan kedua tangan. Terimakasih para partner yang udah nimbai-in air buat mandi. Hihiii. Sayangnya, sebagian rumah di sini sudah ditinggalkan penghuninya merantau ke Lampung atau kota-kota disekitarnya dan dibiarkan begitu saja sehingga kesannya jadi kurang terawat :(.
Bergaya di depan rumah 

Rumah Panggung
Setelah melepas lelah sejenak, kami mulai berkeliling ke ujung pulau ini, mencari spot yang pas untuk menikmati matahari tenggelam. Selain itu, di ujung pulau ini terdapat sebuah kapal karam yang terdampar (udah macam ikan duyung aja pake terdampar segala, hihihi). Sayang sekali semesta sedang tidak mendukung para pemburu sunset ini. Awan mendung menutupi matahari yang pelan-pelan mulai hilang tergantikan dengan bulan. Walaupun mendung, setidaknya langit jingga masih tampak di kejauhan walaupun sedikit. Ohiya, para lelaki nekat buat naik ke kapal karam itu, emang sih ada ban yang diikat tali dan ada kayu yang bisa dipakai buat jadi pijakan, tapi saya yang notabene takut ketinggian memilih untuk duduk santai di pinggir pantai sambil menikmati deburan ombak (so(k) nyantai). Beneran saya langsung lemes waktu ngelewatin karang-karang disana dan ngeliat kebawah dimana ombak udah siap nyergap kita. Usut punya usut ban + tali itu udah lama bergelantungan di atas sana. Untungnya masih kokoh menahan beban 5 orang. :)


Hi, you, Sun!

Kapal Karam

Harusnya Pulau Kelapa bukan Pulau Pisang! Hha
Sekitar pukul 17.30 WIB kami sudah harus kembali mengingat keadaan disana sangat sepi dan listrik hanya menyala dari maghrib sampai pukul 22.00 WIB. Setibanya di rumah kami telah disiapkan sebuah makan malam yang menurut kamu WAH sekali. Baru kali ini kami disuguhi kepiting yang di kota-pun jarang kami santap namun disini sudah jadi makanan sehari-hari warga Pulau Pisang. Wah, bener-bener maknyooss!!! :) Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk menikmati malam di pinggir pantai. 

Kepitingnya Maknyooss!!!
Malem itu. cuaca lagi ceraaaah secerah-cerahnya. Bintang bertaburan banyaaak banget di langit. Baru kali itu saya liat bintang sebanyak itu. Jauh dari polusi, cahaya kota yang sedikit, dan gak ada awan yang menutupi menambah jelas si bintang tadi. Ambil posisi dan HAAAPPPP kami udah di posisi masing2. Tiduran sambil menatap langit. Udah macam meteor garden aja, 1 cewek dan 4 cowok. Hahaha. Sempat beberapa kali kami melihat bintang jatuh, saya menyimpulkan satu kali kita melihat bintang jatuh, coba lihat disekitar area bintang jatuh tersebut, pasti ada bintang lain yang ikutan terjatuh juga. Hihiii. 

Udah ada suara deburan ombak, bintang nan bejubel di langit, bulan, kurang apalagi??? Kurang satu hal yaitu LAGU. Mendadak playlist malem itu dipenuhi lagu-lagu mellow dan suasana hati langsung berubah jadi galau. #eeaaa. Hahaha. Suasana malem itu bener-bener ngedukung banget deh buat galau #eh #eh. HAHA
Sebelum masuk angin, kamipun kembali ke rumah dan siap-siap tidur untuk bangun pagi esok hari ! Yeeaay

*********

Bangun pagi-pagi langsung main ke dermaga. Disana udah banyak anak-anak Pulau Pisang yang lagi mancing. Aaaa.. Saya selalu suka wajah polos mereka :). Bener-bener polos :)



Masa Kecil Kurang Bahagia



Berhubung kami pada belum mandi pagi semua, kami langsung menceburkan diri ke air laut. Berdiri di air sambil menunggu ombak besar datang menabrak tubuh kami dan kami langsung tertawa ketika ombak membawa kami ke pantai. Bener-bener MKKB alias masa kecil kurang bahagia !!! Hihiii.. Berkali-kali kami melakukan hal yang sama, berdiri - tertabrak ombak - tubuh terbawa ombak sampai pantai - lalu tertawa senang sambil mengeluarkan pasir di dalam saku kami. Moment nya dapet banget! :). Tunggu kedatangan saya selanjutnya :)


Terimakasih Pulau Pisang, Terimakasih juga buat matahari sore tanggal 14 Agustus 2013 nya yang menemani perjalanan pulang kami. :) Terimakasih buat Gibran yang udah jadi driver tangguh sumatera bolak-balik 14 jam duduk di bangku paling depan. . :) Terimakasih Kamal 1 dan Kamal 2 serta Mandala buat 2 harinya. Terimakasih :)

Motif khas masyarakat Pesisir Lampung 

Pulau Pisang

Perjalanan saya bersama 4 rekan saya ini bisa dibilang salah satu perjalanan terjauh buat saya di daerah kelahiran saya, Lampung. Lagi-lagi partner ngebolang saya ke Pulau Pisang ini adalah @gibransesunan , teman seperjuangan dari SD-SMP dan teman SMP kami @irsydkamal dan @mandaala serta salah satu sepupu dari gibran, kamal. 

Pagi-pagi sekali kami berlima kumpul di rumah saya di daerah Kedaton dengan asumsi rumah saya adalah rumah paling dekat dengan jalan utama menuju Pulau Pisang. OKE lah, saya bisa duduk-duduk manis menunggu kedatangan mereka. Gak harus buru-buru nyamperin ke rumah Gibran yang biasanya dijadikan beskem kami. Hihii. Sekitar 1 jam menunggu, pasukan pun lengkap, amunisi dimasukkan ke mobil dan here we go, Pisang Island! :) Bismillahirrohmanirohim.

Jalan menuju Pulau Pisang ini bener-bener panjang. Melewati daerah Pringsewu sampai ke Kota Agung bahkan membelah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang notabene masih hutan alami. Sebelum memasuki TNBBS ini-pun jalanan lumayan terjal, sampai saya sempat melihat sebuah spanduk di tikungan bertuliskanjalan"Jangan Kecelakaan Disini, Rumah Sakit Jauh". Emang bener sih, rumah sakit terdekat berada di Kota Agung. Jangankan Rumah Sakit, Pom Bensin masih sejam lagi dari daerah ini, warung yang menjual BBM pun berjarak sekitar 15 menit. Bener-bener jauh dari kehidupan manusia jalanan disana. Satu lagi, SEPI dengan mobil. Mobil yang melewati daerah ini bisa dihitung dengan jari.  

Memasuki daerah TNBBS, suasana menjadi adem. AC mobil kami matikan dan kami rasakan AC alami ini. Bener-bener segeeerr udaranya. Suara segerombolan monyet yang bersahut-sahutan menambah lengkap perpaduan hutan ini. Di beberapa titik kalo kita beruntung bisa kita lihat monyet yang berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Satu jam membelah hutan TNBBS, akhirnya pemandangan yang kami lihat berubah.  Saya yang ketiduran (atau sengaja tidur?) mendadak bangun. Suasana yang tadinya hutan hutan hutan, daun daun daun sekarang berubah 90 derajat menjadi Pantai. Yihaaaa, ombak Samudera Hindia udah manggil-manggil kami. Sebenernya saya masih trauma dengan ombak setinggi pohon gara-gara kunjungan saya ke Ujung Genteng, setahun silam. Tetapi, jujur ombak disana terlihat gagah menabrak batuan di pinggiran pantai sepanjang jalanan yang kami temui. Satu jam berada di pinggir pantai, kamipun memasuki wilayah Tanjung Setia. Salah satu spot paling OK di Lampung untuk menikmati matahari tenggelam dan spot paling OK juga buat para surfer. Tanjung Setia ini juga yang menjadi salah satu penarik wisatawan asing bagi Propinsi Lampung sendiri. 

Setibanya di Krui, kami masih harus melanjutkan perjalanan sekitar satu jam lagi. Tujuan kami kali ini adalah Dermaga Tembakak. Lagi-lagi saya speechless dibuatnya, setelah melewati 0 mdpl, kami harus naik lagi membelah bukit-bukit dan pemandangan dari bukit-bukit ini bener-bener tokcer. Sang Ombak  yang gagah menghantamkan tubuhnya di karang-karang, mengorbankan diri mereka sendiri menjadi buih-buih sebelum kembali lagi ke laut. Ah, saya selalu suka mereka, batu, ombak, langit, laut, gunung. Kuasa Allah SWT memang benar-benar luar biasa. 

Dermaga Tembakak ini berada di pinggir jalan. Awalnya kami sempat kelewatan sedikit, tetapi terlihat sebuah kapal tradisional berisikan sekitar 10 manusia berlayar melawan ganasnya ombak Samudera Hindia membuat kami berbalik arah. Oh God, dermaga tembakak adalah dermaga alami. Sempet jiper juga dibuatnya. Jadi kita naik si Kapal dari pantai, pantai di dorong melawan ganasnya ombak sampai ombak sedikit tenang dan mesin pun dinyalakan. Saran saya simpan barang - barang elektronik di tempat yang kedap air kalo gak mau kebasahan :). Ketika berangkat saya aman (gak basah) . Di percobaan selanjutnya (baca : perjalanan pulang dari Pulau Pisang - Tembakak) saya basah kuyup dibuatnya. Memang sih, kali ini kami dibantu oleh ombak yang menuju ke pantai, tapi eh tapi udah mau sampai pantai dan kapal lagi didorong agar segera sampai ke pantai, ombak besar datang dan wuuusssssshhh, saya yang berada paling belakang langsung jadi basah dibuatnya. Belum selesai satu ombak datang lagi ombak lainnya, dan wuuuzzzz Basah lagi. Hahaha.   


Warung di depan dermaga

Dermaga Tembakak

Perahu yang membawa kami ke Pulau Pisang, liat ombaknya tuh!
Bikin jiper!!!

#Eh ada motor

Kapal di dorong melawan ombak

Kamal 1


Wajah agak takut pas kapal di dorong

Gibran

Mandala
Kamal 2
  Pisang Island, we`re coming!!!
Pulau Pisang
"Neng, did you know that we would be cavalcade by barracuda?" , asked Teh Putu.
"Hah? Barracuda? What`s that?" answered me (Suddenly in my head, I thought about "kuda laut". So, we would swam in the sea or ......  Hhaa.)
*****
Yap. My Graduation Day suddenly changed became Barracuda Day. Based on some Graduation Days before, my seniors who graduated would be cavalcade by pickup or riding the horse (for the boys) - walked around Dago Street and back to Dipati Ukur. So i never think that my graduation day would be totally different from the others. I didn`t know who had this idea, but I`m really appreciated to HMG (Himpunan Mahasiswa Geologi) which had prepared all of this procession, really really cool. Barracuda Day!

After finished all of the ceremony in the Graha Sanusi and stated by our rector that we were graduated formally, all of graduates from Faculty of Geological Engineering and the members of HMG did sabotage the parkir area in front of the Granus to do "the procession". One by one of the graduates was called by the host to get a souvenir from HMG (aaa..the souvenir is really cool), released the balloons to the sky, and did our ritual "Kopi Geologi". All of us (the graduates and the HMG) did this kopi geologi together. And the last, jeng jeng jeng, we drove the barracuda walking around Dago Street, such a famous people waved our hands to the people on the road. Not only the boys, but also the girls (who used kebaya) were on the roof of Barracuda. Oh God, the atmoshpere was really really made me speechless. Totally I really felt speechless that day. Thanks HMG!

My 2009 Family :*

MAAR Geologi Unpad Crews :*
Geoladies 2009
Geoladies 2009 part 2
Dwi - Mano - Me
Dwi - Bayu - Me - Wacoy
Prakampa :*
Barracuda 1
Barracuda 2

Kopi Geologi (photo from Teh Putu)

Masih inget kan tanggal 9 Oktober kemarin, saya baru saja mengakhiri derita mahasiswa tingkat akhir Geologi. Dan saya masih harus menghadapi nightmare sampai akhir bulan ini setidaknya. Sidang untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik masih menghadang minggu depan. Jadwal wisuda di bulan November mengharuskan kami para sarjana nantinya yang ingin wisuda bulan November harus sudah sidang paling lambat 22 Oktober 2013. Belum lagi beredar issue kalo yang daftar sidang udah banyak, waduh, harus gerak cepat! Dengan kekuatan 45! langsung buat revisi, nyetak poto, dan terakhir jeng jeng jeng......ngejer dosen sampai Bandung demi mendapatkan sebuah tanda tangan di kertas pengajuan sidang dan executive summary tersayang.

Jumat, 11 Oktober 2013. Saya beserta Sansan yang sama-sama satu dosen wali-pembimbing pagi-pagi harus tancap ke Bandung untuk bertemu dosen tersebut. Kami yang sama-sama belum sarapan berharap pagi itu cepet selesai dan kamu bisa segera mengisi perut kami yang keroncongan. Enggak tau karena hari Jumat kami yang awalnya hanya ingin meminta tanda tangan mendadak ditawari untuk sarapan di hotel tempat kami janjian dengan Bapak Dosen. Alhamdulillah. Perut gak lagi keroncongan. Gak cuma dapet sarapan gratis tapi hari itu kami juga dapet makan siang gratis dan tebengan gratis ke Jatinangor. Alhamdulillah lagi. Hihiii. Tapi hari Jumat yang awalnya mendadak suram ketika saya dan Sansan ingin mendaftar sidang. Kuota buat sidang tanggal 21 tinggal 1 orang sedangkan kami berdua sama-sama ingin mendaftar sidang di tanggal 21. Apa mau dikata, salah satu dari kami pun harus terlempar untuk sidang di hari selanjutnya. Yasudahlah yaaaa, yang penting kami sidang. Sekarang fokuss belajar!! 

Sebelum sidang, saya masih sempet-sempetnya pulang ke rumah untuk merayakan Hari Raya Idul Adha bersama keluarga. Sekalian minta doa restu orangtua secara langsung sebelum sidang (alibi). Semua buku yang memungkinkan bisa dibaca di rumah saya boyong  ke rumah. Tadinya mah mau belajar, tapi apa daya di rumah semangat belajarnya mendadak luntur (hihii). Alhasil buku-buku berat itu pun cuma berat-beratin bagasi aja. Hahahaa.

Singkat cerita, pejuang sidang kloter terakhir ada sekitar 4 orang 2009. Kami-pun memulai belajar bersama di kosan Sansan. Beneran itu 6 jam full belajar - diskusi - sambil nonton video kulap. Hahaaaa. Kali ini ada Bang Jo sebagai sesepuh diantara kami semua. Belajar bareng pun malah jadi ketawa cekikikan sampe pukul 1 dini hari. Hihiii (makasih rekan-rekan sekalian buat belajar barengnya, sangat berguna! :) ) Hari H pun dateng. Bang Jo yang memang kosannya satu jalan udah muncul aja di depan kosan jam 7.30 pagi. Alamakk.. Mandi pun belum. hihiii. Akhirnya kami pun berangkat sendiri-sendiri menuju kampus. 

Jadi ada 2 ruangan yang akan digunakan untuk sidang dan tiap ruangan buat 3 mahasiswa peserta sidang. Dan saya-pun dapet urutan paling terakhir. Sumpah, nunggu 4 jam lamanya dengan perasaan dan pikiran kemana-mana bener-bener menggugah iman (huufftt....). Belum lagi kalo siang dosen makin banyak which means that penguji bisa nambah (huuffhh lagi). 

Setelah melalui waktu yang lumayan lama (per orang rata-rata berada di dalem ruang PANAS sekitar 1.5 jam) akhirnya kami berenam dinyatakan Lulus Sidang which means that kami semua udah berhasil nambah embel-embel 2 huruf dibelakang nama kami. Perjalanan 4 tahun 2 bulan penuh lika-liku, 2 bulan terakhir HEBOH sendiri sama Tapin dan sekitarnya akhirnya selesai juga. Akhirnya bisa tidur nyenyak tanpa dibayang-bayangi peta, laporan, dan presentasi. MAAAAKKKK,, AKU LULUS MAK!!!

*target buat Wisuda di bulan November sebagai hadiah ulangtahun akhirnya berhasil nyemangati diri sendiri.
*hadiah spesial buat diri saya sendiri, orangtua, dan kedua kakak saya yang berulangtahun di bulan September dan Oktober (ini hadiah untuk kalian berdua juga!)

-21 Oktober 2013-

ALHAMDULILLAH :)

Sebulan pas pake banget mendadak saya jadi rajin pake banget lagi ke kampus. Setelah berleha-leha abis kolokium skripsi yang dilanjutkan libur lebaran, folder MAPPING gak pernah saya sentuh sama sekali. Balik ke Jatinangor-pun rasanya berat rat rat, kalo gak karena ikut mapping temen - saya yakin  deh kepulangan saya ke Jawa bakal ngaret. 

Diawali dengan gegulingan di kasur, menatap schedule board yang minta dicoret-coret dengan segera, ngelirik kalender yang udah nunjukin akhir bulan Agustus, deadline yang bertebaran dimana-mana, memaksa saya buat ngisi schedule board kosong tadi. Gak sampe 10 menit-pun, 30 hari untuk bulan September 2013 udah penuh keisi dan saya sadar akan satu hal "WAKTU yang bener-bener MEPET". Dengan mengucap basmalah, saya akhiri hari itu dengan tidur (gak) nyenyak. OKE. Mulai dari besok saya harus berpacu ( dalam melodi, #Eh, ) dengan waktu untuk mengakhiri semua ini #halah !

Suwer, saya jadi rajin pake banget! Bangun pagi - ke kampus - mondar mandir di laboratorium (mulai dari petro, paleon sampe geoteknik) - pulang kosan - lanjut ngerjain peta sambil  bikin draft sampe dini hari - tidur - dan bangun pagi lagi - ke kampus lagi - blablaaablaaaaaa menjadi rutinitas saya sebulan ini. Rajin ke kampusnya ngelebihin masa-masa saya waktu jadi mahasiswa baru dulu. Gak tau ya, mungkin karena udah tau apa aja yang harus dilakuin, rasa males terus-terusan dateng! :(

Akhirnya setelah 3 minggu lamanya berkutat dengan Map Info, Corel Draw, Dips, Global Mapper, picking fosil satu-satu (Thanks God, cuma 1 sample yang harus dipicking!hi) jeng jeng jeng jeng, semuanya selesai juga. Draft beserta peta-petanya! Aselinya mata saya udah butek ngeliatin word sama kontur-kontur di peta dan kaki saya udah gatel banget pingin jalan!!!! Ah kaki, sabar yaa, akhir Oktober kita bakal ngebolang! :)

Facts about mapping :
*suwer mapping membuat jam tidur berubah
*suwer mapping ngebuat saya rajin ngampus
*suwer mapping bikin hati galau
*suwer saya pingin banget naik gunung!!!!!!! #eh

#lagi pingin curcol 

Pulau Pasaran, brg @maandala @andhikaakib. klo minat besok pagi pkl 9 kumpul di rumahku cc @agithaputri @dyahmanis @sgnugraha @WentyArsiya . dari @gibransesunan
Ajakan dadakan dari seorang teman untuk mengunjungi Pulau Pasaran, sebuah pulau yang masih berada di kawasan Kota Bandar Lampung dan terkenal sebagai salah satu pusat pengolahan ikan teri nasi. Mungkin, pulau ini lebih dikenal oleh kaum Ibu-ibu yang sering berburu ikan dibanding kaum muda-mudi di Lampung sendiri. Berhubung saya sendiri baru mendengar dan belum pernah kesana dan saya penasaran dengan ikan terinya, jadi gak ada salahnya bukan mengisi libur lebaran sambil berburu ikan teri! 

foto diunduh dari Google Map, 15 Agustus 2013

Perjalanan dilakukan sekitar pukul 11.00 WIB. Kami start dari wilayah Pahoman ke arah Pantai Mutun. Tapi sebelum pantai Mutun, tepatnya di jalan Laksamana RE Martadinata setelah pasar dan sebelum Bakso Sony mobil kami berbelok ke jalan di sebelah kiri (kalau dari arah Bandar Lampung)-menuju Pelabuhan Penyebrangan CUNGKENG. Waktu tempuh menuju dermaga ini sekitar 30 - 45 menit dari kota Bandar Lampung. Dermaga Cungkeng merupakan tempat kita menaiki perahu untuk menyebrang ke pulau Pasaran.


Dari dermaga Cungkeng kami menumpang perahu untuk sampai ke Pulau Pasaran dengan tarif penumpang Rp 2.000,- per orang. Penyeberangan hanya memakan waktu 10 menit saja. Sebenarnya dari daratan pulau sumatera sedang dibangun jembatan yang menghubungkan dengan Pulau Pasaran. Sayangnya pembangunan belum selesai, semoga dalam waktu dekat pembangunan segera selesai.

Perahu yang membawa kami ke Pulau Pasaran

Begitu menapakkan kaki di Pulau Pasaran, jeng jeng jeng..... Panas terik matahari bener-bener menyengat! Siang itu, suasana pulau masih relatif sepi. Mungkin masih efek lebaran atau memang selalu seperti itu? Kami berjalan mengikuti pavling blok tanpa tau arah. Tujuan kami ingin berburu ikan teri! Sampai akhirnya kami berhenti di bangunan terbuka tempat menunggu kapal untuk menyebrang ke kota. Di sana terlihat beberapa bapak-bapak sedang menghabiskan siang mereka sambil mengobrol. Dengan modal sksd kami mulai bertanya-tanya mengenai keadaan pulau dan tentunya lokasi dimana kami bisa menemukan sang idola ibu-ibu alias ikan teri. Selidik punya selidik, ternyata hari itu hanya ada satu lokasi saja yang sedang mengolah ikan teri. Maklum, masih hawa-hawa Lebaran, jadi hanya sedikit yang baru buka.

Siang itu kami belajar bagaimana proses dari ikan teri basah yang baru diambil sampai menjadi ikan teri nasi yang siap di ekspor. Selain itu, pemilik dari usaha tersebut juga dengan senang berbagi kehidupan mereka di Pulau Pasaran. Ah. Sore itu kami belajar banyak hal dan mata sedikit terbuka mengenai problematika kehidupan masyarakat. Terimakasih teman yang sudah mengajak saya mengenal kehidupan lain kota Bandar Lampung! :') Terimakasih atas *luka*nya Pulau Pasaran! :')


Merah Putih teruslah kau berkibar, di ujung tiang tertinggi, Indonesiaku ini!" - coklat-
Salam dari 3805 mdpl!
"Pertempuran 5 hari di Semarang terjadi pada tahun?" ucap guru kelas 6 kami, Pak Mujari, sambil memperhatikan anak didiknya yang dengan sigap mulai mengangkat tangan satu persatu menunggu di beri kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan beliau.

Setiap pagi, sebelum memulai pelajaran, beliau selalu memberikan kami sedikit pemanasan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dari semua mata pelajaran. Mulai dari soal hitung-hitungan yang langsung membuat kami sigap mengambil pinsil untuk corat-coret, soal tentang Ilmu Pengetahuan Alam, sampai soal Ilmu Pengetahuan Sosial yang membuat wawasan kami sangat sangat sangat terbuka.

Saya kagum dengan cara didikan beliau,  membuat kami penasaran - dan mau tidak mau membuat kami sering membaca jika ingin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan beliau. Saya kagum juga dengan intonasi beliau ketika melontarkan pertanyaan - tegas dan mampu membuat semangat kami berkobar-kobar. Saya kagum dengan tatapan beliau yang terlihat sangat antusias setiap melihat anak didiknya mulai mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan beliau - apalagi ketika jawabannya betul. Saya kagum juga dengan buku sakti yang selalu dibawa beliau setiap melakukan sedikit pemanasan ini, pastinya buku itulah yang membuat wawasan kami bertambah satu persatu setiap harinya. 

Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia. (Bung Karno)
Mungkin hal tersebut yang ingin diterapkan guru kami kepada kami, murid-murid yang dicintainya. Cinta tanah air sejak dini - mengguncang dunia. Saya akui, teman-teman saya menjadi pribadi yang luar biasa! Satu persatu mulai terlihat kecintaan terhadap tanah airnya dengan cara yang berbeda-beda. 

Terimakasih Bapak Mujari sudah mengenalkan kami sejarah bangsa Indonesia sejak dini! :')

Aa aja sih yang harus dilakuin sebelum - ketika - dan setelah suatu pendakian? Well, saya mau berbagi beberapa hal nih. 

1. Tentuin dulu destination kita.
Biasanya sih, ide kita mau mendaki kemana itu tercetus malah dalam hal gak terduga. Bisa dari obrolan iseng bareng anak-anak, abis liat liputan suatu gunung di tv, ataupun emang udah masuk dalam list kita. Kalo saya untuk gunung di dalam pulau Jawa lebih sering dari obrolan iseng bareng anak-anak buat ngisi weekend  dan terkadang baru tercetuskan minus 2 minggu dari hari H. Tapi kalo untuk gunung yang berada di luar pulau Jawa, udah tercetuskan dari 3-6 bulan sebelum hari H (ya iyalah, butuh budget dan perencanaan yang matang untuk pendakian di luar Jawa). 

2. Pilih jalur pendakian
Udah dapet kita mau naik ke gunung mana, waktunya kita tentuin mau lewat jalur pendakian yang mana. Biasanya di setiap gunung ada 2-3 jalur pendakian. Cari-cari informasi dan diskusikan dengan rekan satu tim. Yang jelas harus detail banget mengenai jalur pendakian ini. Mulai dari sumber air ada dimana di setiap jalur (buat manage air), kondisi setiap pos, pos mana yang memungkinkan untuk berkemah, waktu tempuh dari pos satu ke pos lainnya, tipe trek - terjal atau landai, apakah di jalur tersebut masih suka dilewati binatang atau tidak (sebagai contoh : waktu pendakian ke gunung Kerinci banyak referensi dari pendaki lain yang menyarankan untuk berkemah di area dengan elevasi >2000 mdpl, mengingat <2000 area="" dll.="" harimau="" keberadaan="" masih="" mdpl="" merupakan="" p="" sumatera="">

3. Akomodasi
Setelah tahu kita akan melalui jalur yang mana, tentukan akomodasi menuju daerah dimana jalur tersebut berada. Mulai dari naik bus/kereta, mau kelas ekonomi/bisnis/eksekutif, turun di stasiun/terminal mana, angkutan umum apa yang harus digunakan, bahkan apakah kita harus naik ojek/menyewa mobil bak terbuka untuk menuju daerah tersebut. Sekalian biaya dari setiap akomodasi dan waktu tempuh dari kota asal sampai daerah yang bersangkutan harus kita cari tahu. 

4. Logistik 
Di sini semua logistik harus didata. Mulai dari makanan, logistik kelompok dan logistik pribadi. Biasanya, logistik kelompok dan makanan didata terlebih dahulu dan diskusi dengan tim siapa yang membawa x, y, dan seterusnya. Untuk logistik pribadi yaa kita manage sendiri barang apa yang harus kita bawa biar pendakian kita nyaman :D . Di setiap pendakian saya, biasanya saya membawa keril dengan ukuran 45-60 L yang muat bahkan lebih untuk barang pribadi seperti jaket, syal, sleeping bag, baju tidur yang dirangkap sebagai baju ganti, kaos kaki cadangan, sarung tangan, headlamp, jas hujan, alat solat :) (ya itu mah diatur setiap pribadi aja barang apa yang perlu dibawa dan barang apa yang gak perlu dibawa)

5. AIR
Buat saya, air itu hal paling krusial alias paling penting. Kalo di gunung yang ingin kita daki gak ada sumber air sama sekali kita harus bener-bener bisa manage air. Waktu pendakian merbabu (2 hari 1 malem) saya membawa setidaknya 3L air dan 600 ml minuman ion. Kalo laper bisa di tahan tapi kalo haus aseli susah di tahan. Selain itu, gak mau kan kalo badan tjadi dehidrasi dan malah merepotkan anggota tim lainnya, so persiapan air harus disiapkan betul-betul. :D

6. Dana alias duit alias rupiah
Kalo saya urusan dana biasanya nabung dari uang bulanan. Untuk pendakian di luar pulau Jawa, saya udah nabung dari beberapa bulan sebelumnya. Untuk pendakian di dalam pulau Jawa biasanya nyaplok uang bulanan. Kalo mentok dana kurang, biasanya ada aja duit dateng dari langit. Hehehee, Dimana ada kemauan disitu ada jalan. :)

7. Stamina
Waktu pendakian stamina bener-bener harus dijaga. Sebelum pendakian biasakan olahraga berkelanjutan ( yaa, sebaiknya sih gak cuma pas mau pendakian aja baru olahraga, hhe). Lari atau berenang atau sepedaan atau olah otot juga udah lumayan ngebantu kita waktu pendakian. :)

8. PETA - GPS - Kompas
3 benda yang harus dibawa dan bener-bener sangat membantu waktu di lapangan. Waktu pendakian ke gunung Merbabu, kami terjebak badai di puncak. Angin kencang, kabut, hujan (bahkan hujan es). Mau diem di atas tapi badan udah basah kedinginan (ponco dan raincoat pun gak mempan), mau gak mau kami harus terus jalan biar badan tetap panas. Dengan jarak pandang yang terbatas kami sempat bingung di percabangan jalan. Buka peta sambil menggigil - orientasi medan - akhirnya kami  ikuti jalan X dan alhamdulillah jalan X itu jalan yang bener. Selain itu, biasanya kalo pas istirahat atau di pos-pos kita bisa plot dan mengetahui posisi pasti kita. 

9. Manage emosi
Kalo kata orang, karakter aseli manusia bisa keluar waktu di alam. Hmmm, jujur saya setuju sama quotes tersebut. Kalo mau tau karakter aseli temen kita, ajak naik gunung deh. Bisa ketauan deh baik-jeleknya mereka. Dan tentunya karakter orang beda-beda, gak semuanya baik-baik adakalanya karakter orang tersebut malah buat kita kesel/sebel. Disini kita belajar gimana kita harus manage emosi kita, Ya belajar sabar deh.

10. Positive Thinking
Hampir di setiap pendakian saya berusaha untuk selalu positive thinking. Ya walopun terlintas pikiran aneh-aneh di gunung, tapi saya berusaha untuk mengenyahkan pikiran aneh tersebut. Insya Allah dengan selalu positive thinking, jalan dimudahkan. 

Jangan sompral. Yang biasanya di kota suka ngomong kasar, kurang-kurangin deh ngomong kasar di atas gunung. Polusi suara kalo kata saya mah. Kita yang lagi pingin menikmati damainya - hijaunya - indahnya alam, jadi sedikit keganggu sama sebutan semua hewan di kebun binatang.

11. Bawa Sampah Turun
Pastinya dong kita bakal nyampah di gunung. Bawa sampah turun. Kasian alam yang harusnya cantik jadi berkurang kecantikannya gara-gara manusia. Saya juga lagi tahap belajar untuk yang satu ini. :)

12. NO VANDALISM
Jangan coratcoret apapun di atas gunung. Bikin jadi gak enak dipandang. :( Sama jangan metik bunga abadi alias anaphalis javanica alias edelweis. Kalo alesannya pingin bawa oleh-oleh buat pacaar, bawa si pacar ke gunung buat liat edelweis-nya secara langsung. Atau poto juga bisa kan? jadi gak ada alesan buat metik edelweis lagi, OK?!

13. Restu Orangtua - Doa
Setiap saya mau naik gunung saya pasti selalu minta restu orangtua. Dan jangan lupa berdoa ke Allah SWT agar perjalanan kita lancar dan selamat kembali ke rumah :)


13 hal  diatas ditulis berdasarkan pengalaman pribadi, kurang lebihnya semoga bermanfaat, :)


Setelah puas menikmati alam Jambi dari atas gunung, kami segera bergegas turun ke Shelter 3 untuk segera turun ke Kayu Aro. Tepat pukul 11.00 WIB kami mulai turun. Jalur yang curam ketika berangkat tetap saja curam lagi ketika turun. Sukses membuat dengkul gemeteran! Kami harus lebih ekstra berhati-hati dalam perjalanan pulang ini.

Gak tau kenapa dengkul saya bener-bener cenat cenut setelah tiba di Shelter 1. Beneran deh kalo ketemu jalan yang terjal saya mesti pegang kanan-kiri buat jalan. Gak tau lagi dudul banget kaki saya waktu itu.   Kalo kata Kiddy mah intinya perjalanan turun gunung malah lebih riskan dibanding perjalanan waktu naik - pendaki yang tersesat biasanya malah waktu perjalanan turun gunung. Alhasil kami berempat selalu bersama-sama mulai dari puncak sampai bawah. Jujur, saya jadi gak enak hati sama anak-anak yang terus berjalan di belakang saya. . Terimakasih kalian yang sudah sabar nungguin saya. :)

Setelah 5 jam lamanya, akhirnya kami sampai juga di Pintu Rimba. Saking gemesnya keril saya dibawain Kiddy dari Pintu Rimba sampe tempat nungguin ojek yang datang menjemput kami. Sementara saya jalan mundur terseok-seok pake tongkat. Hahaa

Setibanya di Kayu Aro, kami segera beranjak menuju Penginapan Paiman untuk bermalam. Terimakasih Kiddy, Regian, dan Kang Shiddiq!


Mission Completed!

Rincian Lama Perjalanan dari Pintu Rimba - Puncak Kerinci
Nama Pos
Lama Perjalanan
Pintu Rimba – Pos 1
15 menit
Pos 1 – Pos 2
30 menit
Pos 2 – Pos 3
45 menit
Pos 3 – Shelter 1
1.5 jam
Shelter 1 – Shelter 2
3.5 jam
Shelter 2 – Shelter 3
1 jam 10 menit
Shelter 3 – Puncak Kerinci
2 jam
TOTAL
9 jam 10 menit

Akomodasi menuju Gunung Kerinci dari Lampung dan Bandung :

Dari Bandung
1.      Bus Bandung – Jambi (Rp 250.000,00)
2.      Travel Jambi – Sungai Penuh (Rp 100.000,00)
3.      Angkot Sungai Penuh – Kersik Tuo (Rp 8.000,00)
4.      Ojek sampai Pintu Rimba (Rp 10.000,00)
5.      Konsumsi selama di Kayu Aro – Jambi (Rp 100.000,00)
6.      Penginapan Paiman (Rp 30.000,00/malam)

Dari Lampung
1.      Travel Lampung – Jambi ( Rp 280.000,00)
2.      Travel Jambi – Sungai Penuh (Rp 100.000,00)
3.      Angkot Sungai Penuh – Kersik Tuo (Rp 8.000,00)
4.      Ojek sampai Pintu Rimba (Rp 10.000,00)
5.      Konsumsi selama di Kayu Aro – Jambi ( Rp 100.000,00)
6.      Penginapan Paiman (Rp 30.000,00)

Pemeran pendakian ini : 

Kiddy Nahli Aulia

Shidiq Maulana

Regian Achmad Kalis
Saya, DMN :')




Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Foto saya
deem
Dyah. Geologist. ALSTE 2009. HMGUNPAD. Love traveling. Live your life!
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2015 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2013 (30)
    • ▼  Desember (3)
      • Pulau Pisang, Sebuah Pulau Tersembunyi di Ujung La...
      • 7 jam menuju Pulau Pisang !
      • This is Barracuda Day Not Graduation Day
    • ►  November (1)
      • Maaak, Aku Lulus Maaaak!
    • ►  September (2)
      • Mapping, #Ulalalalaa
      • Berburu Ikan Teri di Pulau Pasaran
    • ►  Agustus (2)
      • DIRGAHAYU RI 68
      • Mengenal Bangsa Indonesia sejak Dini
    • ►  Juni (5)
      • 13 Hal yang Dilakukan Dalam Pendakian
      • Saatnya Pulang! Bandung - Jambi - Bandung (Kerinci...
    • ►  Mei (6)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (17)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Februari (4)
  • ►  2011 (33)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (80)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (14)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (10)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2009 (2)
    • ►  September (2)

Popular Posts

  • (Review) Beberapa Vendor Pernikahan di Bandar Lampung
  • Dari Pulau Tanjung Putus sampai Pulau Pahawang
  • Kapal Oleng Kapten! (Gunung Krakatau)
  • MIMPI itu GRATIS
  • Dewi Wara Sembadra

Copyright © 2016 Catatan Deem. Created By OddThemes & Distributed By MyBloggerThemes