Catatan Deem



Sumbawa - Flores
Nama kedua pulau tersebut udah mejeng di dinding kamar saya dari 1.5 tahun yang lalu. Yap. Saya nulis semua nama tempat yang pingin saya kunjungi di kertas terus saya tempel di dinding kamar. Biar selalu kebayang, kebayang, dan kebayang. Saya pernah baca di salah satu buku jikalau kita memutuskan sesuatu hal, isi kepala kita bakal bekerja dengan sendirinya gimana cara untuk mencapai hal tersebut. Dan waktu saya nulis tempat-tempat yang ingin saya kunjungi, mendadak kepala saya mikirin gimana caranya biar saya bisa sampai kesana. Dan Alhamdulillah, semesta turut mendukung keinginan saya ini,  penantian saya dari awal kuliah akhirnya kesampean juga buat menapakkan kaki di Pulau Sumbawa ini. :)

Awalnya kesempatan ini mungkin bisa saja terjadi Juni 2011. Ketika selesai melakukan pendakian ke Gunung Rinjani, kami sempat kepikiran buat lanjut ke Tambora dan Tambora ini berada di Pulau Sumbawa. Tapi apa mau dikata, karena suatu hal saya tidak bisa ke sana. 

Nabung nabung dan nabung tetap saja tahun 2012 saya belum bisa ke Sumbawa ataupun Flores. Ada aja rencana tak terduga yang membuyarkan semuanya. Tapi, sekitar bulan Oktober 2012, disaat gundah gulana mengenai Tugas Akhir/TA, datang berita baik kalo ada kesempatan untuk TA di salah satu perusahaan tambang di Sumbawa. Dan bidang yang ditawarkan juga pas banget sama apa yang saya minati. Bikin proposal - revisi - presentasi - kirim - dan awal Januari 2013 didapat kepastian buat keberangkatan saya TA. Alhamdulillah. Belum lagi masalah duit yang ada aja dateng masuk ke rekening. Alhamdulillah sekali lagi. Dari hasil tabungan plus jatah bulanan Februari yang bisa saya tabung 100% insya Allah bisa mengantarkan saya ke pemberhentian saya selanjutnya, Flores!! Wait me ! :')

Bali Island 

Salah satu pulau di antara pulau Bali dan Sumbawa







Kalimantan atau Sumatera?
Ada ajakan dari teman untuk keliling Borneo satu bulan lamanya dan bakal menghabiskan lebaran di pulau seberang itu. Awalnya saya sangat sangat berminat, tetapi ada ajakan lainnya untuk mendaki Atap Sumatera di bulan September. Oh men, saya gundah gulana. Mikir sana mikir sini, akhirnya saya putuskan untuk melalangbuana ke Jambi. Bismillah. 

Perjalanan sangat panjang ini sebenernya adalah perjalanan yang tertunda. Awalnya kami merencanakan setelah UAS, tapi mendadak gagal gara-gara ada kulap. :'( Dan Alhamdulillah, awal September 2012, kami berangkat juga ke Atap Sumatera! :)

Ajak sana ajak sini, lagi-lagi perjalanan ini hanya diikuti 4 orang. Ada saya, Kang Shiddiq, Kiddy dan Regian. Karena waktu itu ceritanya baru banget lebaran, jadi kami berangkat masing-masing dengan meeting point Jambi. Saya berangkat dari Lampung dan yang lainnya berangkat dari Bandung. 

Lampung - Jambi
Saya berangkat dari Lampung menuju Jambi numpang travel. 16 jam menuju Jambi. Perjalanan malam sangat direkomendasikan kalo gak mau spot jantung. Yaa. Kalian taulah gimana supir-supir mobil kalo melintasi Jalinsum (jalan lintas sumatera). Tulangbawang-Talang Kelapa -Banyu Asin - Pangkalangresik - Bayung Lencir - Sungai Bahar dan Mestong adalah rute yang travel ini lalui. Travel ini mengambil rute Jalan Lintas Timur Palembang - Jambi. 

Begitu tiba di Jambi, saya langsung diantarkan ke agen travel AYU selanjutnya yang akan membawa kami menuju Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Travel Ayu ini berada di Jln. Pattimura atau biasa dikenal daerah Kuburan Cina. Warga Jambi relatif lebih mengenal nama daerahnya ketimbang nama jalan. Soalnya saya sempat bertanya ke beberapa orang dan mereka malah lebih mengenal sebutan Kuburan Cina. 
Setiap perjalanan, mendatangkan orang-orang baru. 
Saya setuju pisan dengan kalimat itu. Jadi ceritanya, waktu di dalem travel saya mendapatkan kenalan baru, Mbak Arum, seorang mahasiswi Kedokteran. Saya sempet singgah di kosan mbak Arum, ngerepotin mbak Arum. Aaaaa.  Makasih Mbak Arum buat tumpangannya di Jambi :) 
Makan siang yang sangat telat! :")

Jambi – Sungai Penuh (Kerinci)
Pukul 19.22 WIB travel yang kami tumpangi segera meluncur menuju Kerinci. Mobil segera menuju pinggiran kota, sampai akhirnya berbelok ke suatu jalan yang sangat lurus-panjang namun gelap. Sinyal handphone  langsung berubah menjadi SOS sepanjang jalan ini. Pertunjukan dimulai! Perut kami sudah mulai dikocok-kocok, padahal jalan yang kami lalui hanya jalan lurus saja. Untungnya jalanan masih bagus, hanya di beberapa spot jalanan rusak. Tapi, tetap saja perut kami terkocok. Setelah habis sampai di ujung jalan ini, langsung Jalan Lintas lainnya yang kami jumpai. Truk-truk besar mendominasi jalanan ini. Alamak. Makin jempalitan jantung ini. Perjalanan benar-benar tegang. Kami yang tadinya masih mengobrol satu sama lain, sekarang sibuk sendiri-sendiri. Saya yang berusaha untuk tidur dan akhirnya tidak bisa tidur memilih *menikmati* perjalanan kali ini. Mulut komat kamit mengucap segala macam doa, mata menatap lurus ke depan melihat mobil yang disalip dan mobil dari arah berlawanan. Mata baru bisa terpejam ketika jalanan sepi. Setidaknya kalau jalanan sepi travel yang kami tumpangi tidak akan menyalip mobil-mobil lainnnya. Ohiya, ada satu hal yang unik. Sepanjang perjalanan, sopir travel ini memasang musiknya Peterpan dan band-band Indonesia lainnya. Untung saja.  Yaa, kami masih bisa-lah mengikuti lirik yang ada. J 

Pukul 22.00 WIB. Kami beristirahat di negeri antah berantah. Tidak ada plang yang menunjukkan nama daerah itu. Disini, kami memesan susu manis hangat untuk mengganjal perut yang telah dikocok-kocok. Tak kurang dari 45 menit mobilpun melaju. Jalanan yang sepi – gelap membuat mata kembali terpejam. Ya walaupun terkadang saya terbangun dan begitu melihat daerah sekitar yang saya lihat Cuma gelap – gelap – dan gelap. Yang jelas jalanan ini sudah mulai berkelok – kelok. Berarti kami sudah melewati daerah Bangko. Udara pun sudah mulai dingin.
Travel Ayu 
Selama perjalanan kami istirahat sebanyak 2 kali. Jalan yang kami lalui setelah istirahat yang kedua adalah  bukit-bukit kecil. Serupa dengan perjalanan ke Bromo dan Sembalun , pintu masuk ke Gunung Rinjani. Melewati punggungan bukit, berkelok-kelok, dan gelap. Untungnya kali ini mobil tidak begitu ngebut. Alhamdulillah. Sekitar pukul 04.30 WIB kami tiba di Sungai Penuh! Perjalanan yang sangat panjang dan sangat memacu adrenalin! 500 kilometer kami tempuh dari Jambi untuk sampai ke kota ini. 

Perjalanan menuju Gunung Kerinci masih belum selesai disini. Masih ada 30 km lainnya. Yak. Kami masih harus menumpang angkutan desa dari Sungai Penuh ke Kayu Aro sebelum melakukan pendakian ke Atap Sumatera!

Suasana pagi hari di Sungai Penuh sangat sejuk. Kota ini dikelilingi oleh dataran tinggi di sekitarnya. Serupa dengan Bandung, dikelilingi dataran tinggi di sekitarnya. Tak ayal, udara sejuk menjadi hal biasa di daerah itu. Orang beramai-ramai ke Pasar untuk menjajakkan dagangannya dan sebagian lainnya berlaku sebagai pembeli. Sebuah simbiosis  mutualisme di kehidupan yang sebenarnya. 


MORNING SUNGAI PENUH! 
34 jam lamanya dari Lampung sampai Sungai Penuh yang sangat WOW .

.....bersambung
Ehmm..
Kalo ditanya "Ngapain sih Yah kamu naik gunung, capek-capekin badan aja". Saya bakal jawab " Gatau ya, naik gunung itu rasanya damai. Cobain sekali dan kalian pasti akan ketagihan" Well. Bagi saya gunung itu tempat “pelarian” disaat saya suntuk, pikiran njlimet, capek, plus disaat galau menyerang kerajaan api! #eh. Pikiran saya rasanya bakal langsung jernih waktu saya liat semuamuamua yang serba hijau. Rasanya kok Allah itu super duper baik banget nyiptain gunung dan lautan ini buat manusia yang terkadang malah merusaknya. 





Di gunung itu, semuanya jadi complicated. Cuaca yang awalnya cerah - mendadak bisa jadi badai hujan. Kabut yang sering datang gak diundang pulang gak dianter. Yang jelas gunung itu rumah kedua buat saya - satu satunya tempat dimana saya bisa ngerasain damai dan di gunung juga semua emosi manusia berkumpul. 
Waktu kita naik gunung, semua rasa bakal kita rasain. Gimana rasa capeknya berjalan selama berjam-jam dengan medan yang berat dan semua rasa capek kita bakal bener-bener kebayar waktu ngeliat view dari atas gunung. Gimana rasa bersyukur kita terhadap Allah SWT buat ciptaanNYA yang megah ini. Gimana kita yang harus nahan emosi satu sama lain dalam kelompok perjalanan, ngelepasin ego masing-masing biar perjalanan  lancar, Gimana kita ngerasa kecil dibanding ciptaan-NYA, Gimana kita harus sama-sama berbagi, Gimana kita harus ngelawan LIMIT dari diri kita sendiri. Dan Gimana kita menganggap makna penting di balik perjalanan itu sendiri. Yang jelas dalam setiap perjalanan selalu ada makna yang bisa dipetik. Yang terpenting dari sebuah perjalanan adalah prosesnya. :)

Buat sampai ke puncak itu butuh perjuangan
Tapi sayang, makin ke sini, gunung yang mungkin bertahun-tahun lalu masih bener-bener hijau sekarang udah tercemar sama sampah-sampah dari para pendaki :’(. Saya juga masih dalam proses belajar buat hal yang satu ini. Ehmm, seenggaknya waktu naik gunung bawa turun sampah yang kalian bawa deh. Untung-untung bisa membawa sampah yang udah ada di sana. Kalo bukan kita, siapa lagi yang bakal melestarikan gunung? Sama satu lagi, jangan melakukan kegiatan vandalisme di gunung. Corat sana coret sini, buat sampai di atas sana aja udah capek, masih aja ya kepikiran buat nyoret-nyoret pohon dan batu.  Beneran deh, mereka akan lebih cantik kalo gak di rusak. Terus jagalah habitat anaphalis javanica alias bunga edelweis. Pliss siapapun yang mau naik gunung jangan metik bunga ini buat oleh-oleh. Oleh2 bisa lewat poto aja kan? Poto jauh bisa lebih berbicara tentanh apa yang ada di atas sana dibanding metikin bunga edelweis. Anaphalis javanica ini bonus buat semua jerih payah kita untuk bisa sampe ke atas sana dan kalo dipetikin terus kasian pendaki lainnya yang ingin menikmati indahnya edelweis di habitat asli mereka. Mereka akan lebih cantik di sana - di habitat aslinya. :’) 
Batu yang udah dicoretcoret sama oknum  gak bertanggungjawab :(
Sampah dimana-mana :(

Ayo, lestarikan gunung agar anak cucu kita bisa merasakan indahnya mereka! :’)
Cuma ada di gunung!


Anaphalis Javanica
Mau kemana lagi ini Went abis ini?
Kemana kaki melangkah aja deh!
Hahahaa.. Perjalanan kali ini bener-bener di luar rencana. Awalnya hanya sekadar omongan iseng belaka, eh tau-taunya kami berdua udah sampai di Dieng.
Partner in Ngebolang :')
Kemarin (31/12), setelah menjelajah ke Gunung Kidul dan Gunung Slamet, saya bersama Wenty langsung tancap ke Dieng. Perjalanan selama 2 jam lamanya kami tempuh dari Terminal Purbalingga. Kota Wonosobo menjadi tempat persinggahan kami sebelum melanjutkan perjalanan ke Dieng. Dari kota Purbalingga kami berhenti di persimpangan, tempat bus 3/4 ngetem sebelum berangkat ke Dieng. Dari Wonosobo masih dibutuhkan waktu sekitar 1 jam lagi untuk sampai di Pertigaan Dieng. Disanalah dimulainya perjalanan terakhir di tahun 2012 ini!
Masjid Raya Dieng (dekat pertigaan Dieng)
Keadaan Dieng sore itu sedang ramai-ramainya. Hampir seluruh homestay penuh. Kami yang sedang menunggu kedatangan teman, sempat berkeliling di sekitar pertigaan. 
".... homestay Ibu ini sudah dipesen dari bulan November..., kalo untuk tahun baru kyk sekarang ini, harus pesen jauh-jauh hari." ucap salah seorang pemilik homestay.
Ih waw. Bisa kebayang deh, gimana ramainya dan penuhnya homestay-homestay itu. Belum lagi harga sewa yang pasti melonjak di akhir tahun. Bisa bokek mendadak. *liat kondisi kantong

Sebenernya, tujuan utama kami adalah Gunung Sikunir yang berlokasi di Desa Sembungan, 6-7 km dari tempat kami berada. Sambil menunggu Mas Sinyo (kenalan Wenty), kami memutuskan untuk berkeliling ke Telaga Warna. 
di area telaga warna
Telaga Warna
Setelah berkeliling Telaga Warna, kami bertemu dengan Mas Sinyo dan rekan-rekand ari JAT. Sambutan mereka bener-bener sangat ramah. Tim kami terdiri dari 17 orang, 6 orang dari Bekasi, 2 orang (saya dan Wenty), dan yang lainnya dari Kejajar + Wonosobo.



Singkat cerita, malam itu kondisi Sikunir sedang ramai-ramainya (juga). Maklum sebagian besar ingin merayakan tahun baru dari Sikunir. Sikunir sangat terkenal dengan Golden Sunrise-nya. Kami start berangkat dari Telaga Warna sekitar pukul 19.00 WIB. Keadaan jalan sangat gelap, belum lagi kabut yang mengahalangi penglihatan. Jadi bagi pengendara kendaraan harus kudu mesti hati-hati. Waktu itu kami mengendarai kendaraan motor menuju Desa Sembungan, desa yang dinobatkan sebagai Desa Tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 2300 mdpl. Begitu tiba di desa ini, keadaan sudah malam. Dan kami langsung melanjutkan perjalanan ke Gunung Sikunir (kami menitipkan motor di rumah warga desa). 
Desa Sembungan, Desa TERTINGGI di Pulau Jawa
Awalnya masih jalanan setapak dengan view di sebelah kanan adalah Telaga Cebong. Selang 10 menit kemudian kami tiba di area parkir Gunung Sikunir. Waktu itu, sudah banyak tenda-tenda yang berdiri di lapangan dekat area parkir. Tetapi kami langsung melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Sikunir. 
Telaga Cebong
Untuk sampai ke puncak Gunung Sikunir dibutuhkan waktu tidak kurang dari 20 menit dengan kondisi jalan yang sangat jelas. Setelah mendirikan tenda saya segera masuk tenda dan ketika sudah mendekati pergantian tahun, pengunjung lainnya menyalakan kembang api. Kelap-kelip cahaya dari kembang api sangat cantik. 
HAPPY NEW YEAR ALL :)

Waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Pukul 05.00 WIB saya bangun dan segera mencari posisi yang pas untuk menikmati matahari pertama di 2013!  Terlihat di depan sana Gunung Sindoro, Gunung Merbabu, Gunung Merapi dan Gunung Ungaran berdiri dengan kokohnya. Belum lagi permadani awan yang bener-bener indah. Awan menjelma menjadi kapas-kapas halus. Siluet gunung berpadu dengan awan membentuk harmonisasi yang indah. Dan langit jingga di kejauhan mempercantik semua pemandangan ini. 

Kapas-kapas awan
  Perlahan matahari terbit dari belakang Gunung Merbabu. Sunrise pagi itu mengawali semua langkah saya di tahun 2013 ini. View waktu itu salah satu momen terindah yang pernah saya lihat. Apalagi waktu cahaya matahari menerpa awan-awan kapas tadi. Speechless. Dari obrolan saya dengan pengunjung lainnya,  momen pagi itu bukanlah yang terbaik dari yang Sikunir punya. Matahari akan terlihat lebih indah di pertengahan tahun. Tapi saya tetap bersyukur buat apa yang mata saya lihat pagi itu, di desa tertinggi di pulau jawa.  :)
Sunrise Pertama di 2013! Yeeey!
Poto Tim :')
Senam dulu kita

Setelah menikmati sunrise kami bernarsis-narsis ria dulu. Kaki yang lagi "ngambek" abis turun gunung menghambat rencana saya dan Wenty  yang ingin lanjut ke Gunung Prau. OKE. Wait us Gunung Prau. Next time, We`ll be there!

Mie Ongklok, makanan khas Wonosobo
Perpaduan antara gado-gado dan mie :')
Carica, tanaman dari keluarga pepaya yang tumbuh hanya di Dieng
'Cengek' alias cabe khas Dieng *modyar pedesnya



TERIMAKASIH YA ALLAH, buat pagi pertama di tahun 2013 yang indah ini! :) 
Morning 2013! Happy New Year All !!!
*terimakasih juga buat tim JAT (Jajar Adventure Team) dan tim Bekasi :')
*terimakasih buat semua pihak yang udah membantu saya dan rekan-rekan selama seminggu di Jawa Tengah
*terimakasih buat ibu-bapaknya Avi, winda, buat jamuannya di Wonosobo :')

PERJALANAN AKHIR TAHUN DI TUTUP! *dukduk..
WELCOME 2013!
*note : 
1. Bus 3/4 Purbalingga - Wonosobo Rp 10.000,-
2. Bus 3/4 Wonosobo - Dieng Rp 8.000,-
3. Bus Wonosobo - Bandung Rp 60.000 - Rp 70.000,-
4. Ojek Dieng - Desa Sembungan (tawar di tempat)
Dua tahun yang lalu saya menghabiskan akhir tahun di Gunung Lawu . Setahun yang lalu di Gunung Gede. Hmmm.. Tahun ini kemana ya enaknya? Setelah gonta ganti rencana, akhirnya disepakati lah kami akan menghabiskan akhir tahun di Gunung Slamet, Jawa Tengah.

Full Team (Jamjam - Andi - Wenty - Saya - Mas Danar - Yadi)
Pilihan jalur yang akan kami lewati adalah via Bambangan. Dan tepat tanggal 27 Desember 2012, kami dari berbagai kota (saya dari Jogja, Andi-Jamjam-Yadi dari Bandung, dan Wenty-Mas Danar dari Jakarta) berangkat menuju kota Purbalingga. 

Untuk mencapai Bambangan sendiri, dari kota Purwokerto/Purbalingga bisa menaiki Bus 3/4 Jurusan Bobotsari sampai Pertigaan Serayu, dilanjutkan dengan mengendarai mobil jenis Carry atau pick up dari Pertigaan Serayu sampai ke depan basecamp. Sebelum menuju basecamp,kami sempat bersilaturahmi dengan KSMPA Titik Nol Fakultas Teknik Unsoed. Well. Terimakasih atas jamuannya :) (Thanks to rekan Geologi Unsoed juga buat semua-muanya)
Basecamp Bambangan
Ketika tiba di basecamp waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Kami memutuskan untuk menginap di basecamp satu malam dan keesokan harinya baru akan memulai pendakian. Jujur saya lebih suka pendakian pagi daripada pendakian malam ya kecuali waktu summit attack ya :) (Aselinya mah pingin menikmati view selama pendakian plus kalo udah sore sampai malam, biasanya hujan akan mengguyur Gunung Slamet.). Untuk mendaki Gunung Slamet ini kita harus membayar biaya pendafaran sebesar Rp 5.000,- di basecamp Bambangan. 
Tim MAAR Geologi Unpad
Basecamp (1575 mdpl) - Pos 1
Keesokan paginya (29/12) tepat pukul 06.42 WIB kami segera mengawali pendakian ini. Diawali dengan doa kami berangkat menuju Pos 1 yang jika cuaca cerah shelter di Pos 1 bisa dilihat dari basecamp. Berjalan sekitar 5 menit kita akan sampai di Pintu Masuk / Pintu Rimba dan disebelah kanan pintu rimba ini terdapat Pondok Pemuda, sebuah bangunan yang biasa digunakan pendaki untuk menginap (selain basecamp). 

Dari pintu rimba ini, belok ke kanan dan ikuti jalan setapak. Jalan setapak ini merupakan jalan yang biasa dipakai oleh warga lokal untuk pergi ke kebun mereka. (fyi : selama 20 menit perjalanan kita akan melewati perkebunan warga). Lalu kita akan menemukan sebuah lapangan di ujung jalan. Dan dari sini jalan sudah mulai menanjak. Perjalanan dari basecamp ke Pos 1 ini merupakan perjalanan yang paling panjang dibanding perjalanan ke pos-pos lainnya. 

Trek menuju Pos 1

Lapangan Bola
Pos 1 (1935 mdpl) - Pos 2
Di pos 1 ini terdapat sebuah bangunan yang bisa digunakan pendaki untuk istirahat. View dari pos 1 ini juga tidak kalah bagusnya dengan pos 5 atau pos 7. Sewaktu sampai di Pos 1 ini kami sempat terkena hujan bawaan kabut. Lumayan deres waktu itu. Sehingga kami istirahat lumayan lama di pos ini. Menuju Pos 2, jalanan makin terjal. Sekarang akan sering dijumpai akar sebagai pijakan. Pohon-pohon yang makin tinggi menjulang ke atas, lumutan dan lembab. Dari pos 1 inilah start kita memasuki hutan. 

Pos 1
Perjalanan Pos 1 ke Pos 2
 Pos 2 (2220 mdpl - Pondok Walang) - Pos 3
Di pos 2 ini merupakan tanah datar dan lapang, cukup untuk memuat 5-7 tenda. Perjalanan menuju Pos 3 sedikit lebih ringan dibanding perjalanan dari pos 1 - pos 2. Trek sedikit lebih landai. Lumut makin tebal. Gak tau kenapa, pendakian sekarang ini terasa lebih ringan (hmm.. mungkin karena saya cuma membawa daypack 30 L ya, mengingat pendakian sebelumnya saya selalu membawa keril ukuran 45-65 L :( , jadi beban di pundak serasa lebih enteng, hhe )
Pos 2


Pos 3 (2465 mdpl - Pos Cemara) - Pos 4
Di pos 3 ini area tidak seluas pos 2. Mungkin hanya cukup 2-3 tenda. Trek selanjutnya yang akan kita hadapi tidak lebih berat dari trek sebelumnya. Di beberapa titik kita harus sedikit memanjat (nyium dengkul). 
Pos 3
Hmmm... Mantap!
Pos 4 (2635 mdpl - Pos Samarantu) - Pos 5
Pos  ini ditandai dengan tanah lapang yang muat untuk sekitar 4 tenda. Selain itu di pos ini terdapat pohon yang terbakar bulan Agustus 2012 lalu. Sepanjang perjalanan menuju Pos 5 dapat dilihat bekas kebakaran bulan Agustus 2012. 

Menuju Pos 4
Pos 4

Pos 5 (2775 mdpl) - Pos 7
Pos 5 ini sering digunakan sebagai tempat bermalam sebelum summit attack. Di pos 5 terdapat shelter dan sumber air. Kondisi keadaan sekitar lumayan gersang dan view dari Pos 5 ini lumayan bagus (tambah bagus kalo gak gersang). Perjalanan ke Pos 7 lagi-lagi ditemani oleh keadaan sekitar yang sangat gersang. 
Pos 5
Sumber Air di Pos 5

Pos 7 (2990 mdpl- Syamyang Kendit) 
Pos 7 ini merupakan option lain untuk bermalam sebelum summit attack. Disini juga terdapat shelter bangunan dan tanah lapang yang muat 5-6 tenda. Ketika tiba di Pos 7 baru kami ber-enam saja. Dan malam hari pendaki lain baru tiba di Pos ini. Selama perjalanan menuju pos 7 ini kita juga akan menemui beberapa tanah datar dan lapang yang bisa digunakan untuk bermalam. Total terdapat sektiar 15 tanah lapang.

Gersangnya keadaan sekitar
Pos 7
Puncak Slamet (3428 mdpl)
Tepat pukul 04.00 WIB dinihari kami memulai perjalanan menuju Puncak Slamet. Seperti biasa, trek menuju Batas Vegetasi atau Pos 9 lumayan terjal. Sudah dijumpai tanaman Cantigi dan Anaphalis Javanica sepanjang perjalanan. Trek menuju Puncak Slamet dari Batas Vegetasi adalah yang paling berat. Berbeda dengan Gunung Rinjani yang butirannnya relatif seragam, trek kali ini didominasi oleh butiran yang tidak seragam. Kami harus berhati-hati dalam berpijak. Belum lagi trek yang terjal. Kami harus berkutat dengan medan ini kurang lebih 1 jam lamanya. Dan tepat setelah berjalan 1 jam 25 menit dari Pos 7, kami tiba di Puncak Slamet. Alhamdulillah Ya Allah. Puncak ke sekian yang berhasil saya pijak :)
Mendaki Puncak Slamet
Menuju Bibir Kawah
View dari Puncak Slamet bener-bener luar biasa. Tampak di kejauhan Gunung Sindoro-Sumbing dan Gunung Ciremai berdiri dengan kokohnya. Belum lagi cuaca yang alhamdulillah cerah. 
Full Team
with Wenty


MAAR Geologi Unpad

Perjalanan turun cukup membuat dengkul tersiksa. Ahhh.. Dari dulu sampai sekarang. Saya lebih suka naik daripada turun :(
Ini nih yang bikin dengkul gemeter

Resume Waktu Perjalanan
1. Basecamp - Pos 1 : 1 jam 25 menit
2. Pos 1 - Pos 2 : 1 jam 10 menit
3. Pos 2 - Pos 3 : 50 menit
4. Pos 3 - Pos 4 : 40 menit
5. Pos 4 - Pos 5 : 25 menit
6. Pos 5 - Pos 6 : 17 menit
7. Pos 6 - Pos 7 : 18 menit
8. Pos 7 - Pos 8 : 5 menit
9. Pos 8 - Pos 9 : 15 menit
10. Pos 9 - Puncak Slamet : 1 jam 5 menit
(waktu sudah termasuk waktu istirahat selama perjalanan, tidak termasuk waktu istirahat di TIAP POS)
Note :
1. Bus Jogja - Purbalingga Rp 50.000,- (Bus Efisiensi, 4-5 jam)
2. Bus Jakarta - Bobotsari Rp 60.000,- (Bus Sinarjaya, 8-10 jam)
3. Bus Bandung - Wonosobo Rp 60.000 - Rp 70.000,- (Bus Sinarjaya dan Budiman, 7-8 jam)
4. Bus 3/4 Purbalingga - Pertigaan Serayu Rp 6.000,- (30 menit)
5. Carry / Pick Up Pertigaan Serayu - Basecamp Bambangan  Rp 10.000 - Rp 15.000,- (1jam)
Akhir kata Terimakasih buat anak Geologi Unsoed yang udah direpotin atas kedatangan kami ke sana dan KSMPA Titik Nol Fakultas Teknik Unsoed buat jamuannya :)
Bareng KSMPA Titik Nol Fakultas Teknik Unsoed
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Foto saya
deem
Dyah. Geologist. ALSTE 2009. HMGUNPAD. Love traveling. Live your life!
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2015 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2013 (30)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  Maret (4)
    • ▼  Januari (7)
      • Welcome to SUMBAWA Island!
      • 34 Jam Menuju Kerinci (Kerinci part 1)
      • Gak Hanya Sekedar (naik) Gunung
      • Salam 2013 dari Desa Tertinggi di Pulau Jawa (Gunu...
      • Penghujung Tahun 2012 di Gunung Slamet (via Bamban...
      • Geowisata di Goa Pindul dan Kali Oyo
      • #2012
  • ►  2012 (17)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Februari (4)
  • ►  2011 (33)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (80)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (14)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (10)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2009 (2)
    • ►  September (2)

Popular Posts

  • (Review) Beberapa Vendor Pernikahan di Bandar Lampung
  • Dari Pulau Tanjung Putus sampai Pulau Pahawang
  • Kapal Oleng Kapten! (Gunung Krakatau)
  • MIMPI itu GRATIS
  • Dewi Wara Sembadra

Copyright © 2016 Catatan Deem. Created By OddThemes & Distributed By MyBloggerThemes