Catatan Deem

#JANUARI
Pas banget di hari pertama bulan Januari 2015, saya bareng mas G dan sohib saya yang kembar nama (dyah ayu dan dyah manis) berkunjung ke ikon Lampung yang berada di Bakauheni. Yapp, Menara Siger. Dan sejak saat itu, saya selalu menghabiskan akhir minggu bareng mas G sampai akhirnya kami resmi menjadi *ehem *ehem. Hihiii. January is our month!   


Menara Siger sama besties!

#FEBRUARI
Biasanya saya menggalau di salah satu tanggal di bulan ini. Tapi alhamdulillah tahun ini sudah gak galau lagi. Hihiii. Hari-hari saya jadi lebih berwarna! Hahahaa.

#MARET
Ngebolang bareng Mas G dan teman-temannya ke Gunung Prau, Wonosobo. Di bulan ini juga pertama kalinya saya berkunjung ke Gunungpati setelah sekian lama absen (if you know what I mean :). Dag dig dug dueeeerrr banget rasanya. Alhamdulillah lancar. :)
Gunung Prau
Salah satu pojokan di Unes. 
#APRIL
Pertama kalinya LDR untuk 20 harian. Saya ditugaskan ke Tanah Abang, Palembang.
Efek LDR 1
 
#MEI
Masih ditugaskan ke Palembang dan setelah pulang Mas G main ke Lampung. Hihiiiii. Pertama kalinya ngenalin Mas G ke Bapake dan keluarga besar Paridjo waktu sepupu saya nikahan. Bulan super dag dig dug! hhii.. 

Pasir Timbul, Pantai Ringgung, Lampung
Komplek saya dibesarkan, :)
#JUNI
Puasa puasa puasa. :)

#JULI
Lebaran. Alhamdulillah. Bulan ini juga saya cuusss ke Malang bareng keluarga Mas G. Terimakasih Ibu Bapak Bude Pakde Om Tante Mas Mbak semuanyaa.. :)

Museum Angkut
Sister and Brother :)
Alun-Alun Batu
Batu Nigh Spectacular
Poto ala-ala. Hahaaa
 
#AGUSTUS
LDR Part 2. Sebulan ini saya ditugaskan kembali ke Lahat, Palembang.
Bareng tim dari PT. MAS

#SEPTEMBER
LDR Part 3. Baru beberapa hari di Jakarta, kembali ditugaskan ke lapangan. Kali ini ke daerah Lebak-Banten. Bulan penuh emosi. Cuampur aduk semuanya.
Sun :)
 #OKTOBER
Akhirnya ada waktu lumayan lama di Jakarta. Ngebolang sama Mas G ke PIK. Makasih mas. :)
:)


#NOVEMBER
Bulan paling spesial di antara bulan-bulan yang lain. Alhamdulillah bisa memperingati hari kelahiran saya bareng orang terspesial.

If you know what I mean
:)

#DESEMBER
Bulan spesial buat Mas G tapi jadi LDR Part ke 4 kami berdua paling jauh. Alhamdulillah udah mau setaun kita bareng ya Mas. Semoga dimudahkan mimpi kita berdua. Amin. :)

Bisa dibilang tahun 2015 ini lebih berwarna karena kehadiran Mas G di hidup saya. Terimakasih Mas. :)

 

“besok jalan ke Bogor yuk…”
“jauh Dik…”
“Hmmm.. yaudah ke Pantai Indah Kapuk aja gimana?”
“Oke…”

Tepat di tengah siang bolong hari Jumat, 16 Oktober 2015, saya random banget ngajakin mas G untuk piknik ke Pantai Indah Kapuk (lebih tepatnya sih Taman Wisata Alam Angke/PIK).  Kami janjian ketemu di Stasiun Tanah Abang pukul 08.00 WIB (saya dan mas G berangkat pukul 07.00 WIB dari tempat tinggal masing-masing, saya dari BSD dan mas G dari Kalibata).  Kalo urusan piknik saya pun  rela deh  berangkat nyubuh juga dari BSD.

Kami berdua yang notabene penghuni baru di Jakarta hanya bermodalkan google maps untuk menuntun kami sampai ke lokasi. Pertama kali keyword yang kami masukkan adalah Kawasan Ekowisata Mangrove. Teman kami yang sudah pernah ke sana sebelumnya mengingatkan kami jangan sampai salah masuk ke hutan bakau di sana.

“Cari yang harga tiket masuknya Rp 25.000,-  soalnya ada juga yang harga tiket masuknya Rp 5.000,-“

Kami berangkat dari Stasiun Tanah Abang mengendarai motor GL-PRO penuh kenangan (dari SMA) punya mas G (hahahaaa). Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan (termasuk sarapan dulu di daerah sekitar RS. Tarakan) dari Stasiun Tanah Abang, akhirnya kami sampai juga di hutan bakau tersebut. Dan begitu kami masuk ke dalam, yapp, ternyata kami salah tujuan. 

Kawasan Ekowisata Mangrove 

Kawasan Ekowisata Mangrove 
Jadi kalau keyword nya Kawasan Ekowisata Mangrove, maka google maps akan menuntun kita ke hutan bakau dengan harga tiket Rp 5.000,- tersebut. Sama-sama lokasi wisata sih, tapi bukan ini yang kami tuju >.< . Kawasan ekowisata ini terletak di pinggir jalan tol. Ya lumayan  sih kalau mau jalan-jalan di sana. Buat lokasi pre-wedding juga OK. Hahaa..

Lokasi Hutan Mangrove di daerah PIK
Singkat cerita, saya dan mas G hanya sekitar 45 menit di lokasi tersebut. Kami berdua segera melanjutkan perjalanan ke Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk yang sebenernya menjadi tujuan utama kami. Lagi-lagi kami berdua mengandalkan google maps dan taraaaaa…sampailah kami di bagian belakang Taman Wisata dan tidak ada jalan masuk menuju lokasi. Alamak!  Bisa dilihat kan di gambar di atas (Lokasi Nyasar), sebenernya kami udah sampe di taman wisata alam (tapi bagian belakangnya) dan itu buntu. Terpaksa kami harus putar arah lagi menuju pintu masuk taman yang notabene kami harus muter lewat jalan sebelumnya dan itu dalam cuaca yang panas. Ohiya, karena kami mengendarai motor, jadi kami mesti muter dulu, gak bisa lewat jalan tol yang sebenernya tinggal cuuussssss udah bisa sampai. 

Kalau ingin menuju Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk  ini dan mengandalkan google maps sebaiknya keyword nya adalah Waterboom Pantai Indah Kapuk / Rumah Sakit PIK / Tzu Chi International School. Dari ketiga lokasi di atas plang menuju Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk  dapat kita temukan hampir di setiap sudut jalan dan langsung membawa kita ke depan pinty gerbangnya.

Saat itu kami tiba di taman wisata sekitar pukul 11.00 WIB. Kami segera membayar biaya retribusi sebesar Rp 25.000,- / orang dan parkir motor Rp 5.000,-/motor. Ohiya, para pengunjung dilarang membawa kamera selain kamera yang ada di handphone. Jadi jangan sembunyi-sembunyi ya kalo ada yang bawa kamera dan sepengamatan saya sih, para pengunjung di sana memang hanya menggunakan kamera handphone saja untuk mengabadikan momen mereka masing-masing.

Saya dan mas G ada di taman mulai dari pukul 11.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB dan makin sore pengunjung makin ramai. Setidaknya kami masih sempat menikmati view di sana tanpa harus desak-desakan walaupun kami harus melawan teriknya matahari. Ohiya, kami juga sempat ketemu teman kuliah mas G setibanya di sana. Salam kenal mas Iqbal dan mbak Mei :).

Dan inilah hasil "piknik" kami :)




View dari Gardu Pandang yang ada di Taman

View dari Gardu Pandang yang ada di Taman



Terimakasih Mas G dan motor GL-PRO nya. :)




Pasir Timbul 
Wisata pantai saat ini menjadi salah satu wisata favorit selain wisata gunung. Tak ayal, Lampung pun yang realatif dekat dari Ibukota  menjadi salah satu destinasi favorit untuk para penghuni kota Jakarta dalam menghabiskan weekend mereka. Lampung pun makin berbenah diri, makin melebarkan sayapnya untuk wisata pantai. Beberapa lokasi di kawasan Lampung yang sudah santer terdengar diantara para pecinta pantai adalah sebagai berikut Kiluan, Krakatau Pulau Pisang dan Pahawang - Tanjung Putus.

Beberapa bulan terakhir ini kabar mengenai Pantai Sari Ringgung makin santer terdengar. Dari sebuah baliho di salah satu jalan utama di Bandar Lampung, saya mulai mengetahui akan keberadaan pantai tersebut. Satu hal yang membuat saya tertarik dengan pantai ini adalah adanya Pasir Timbul di dekat pantai mereka. Diiringi rasa penasaran akan Pasir Timbul tersebut, saya beserta Gilang akhirnya memutuskan untuk pergi ke sana. :)

How to get there?
Dari pelabuhan Bakauheni, pantai ini berjarak sekitar 102 km. Untuk mencapai Bakauheni sendiri dari Merak banyak kapal yang melayani trayek Merak-Bakauheni 24 jam non-stop. Merak-Bakauheni memakan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan. Kalau lagi apes ya bisa sampe 4 jam-an (tergantung ramai/tidaknya penumpang, cuaca, dll). Tapi rata-rata sih sekitar 2-3 jam.

Perjalanan menuju Pantai Sari Ringgung ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam via darat dari Bakauheni. Kalau starting point nya dari kota Bandar Lampung, kita cuma butuh sekitar 45 menit perjalanan atau sekitar 25 km (kemarin saya ke sana naik motor), kalau mobil bisa lebih lama mengingat ada beberapa titik yang suka macet. 
Bakauheni-Pantai Sari Ringgung (Di unduh dari google maps June 4th 2015, 12.11 PM)
Selain Pantai Sari Ringgung, di sekitar pantai ini banyak pantai-pantai lainnya yang sebenernya juga gak kalah cantik. Ada pantai Mutun, Klara, Duta Wisata, Tirtayasa, dll. Pantai Sari Ringgung sendiri terletak sebelum Pantai Klara. Jadi kalau udah ketemu dereta Pantai Duta Wisata, Tirtayasa, Mutun, lanjutkan perjalanan terus sampai melewati Hanura. Setelah Hanura baru deh kita akan ketemu pantai ini. Di pintu masuk nya sangat terlihat jelas Baliho Pantai Sari Ringgung. Saya yang baru pertama kali ke sana, sempet sedikit bimbang soalnya sudah melewati Hanura-pun masih belum ketemu juga. Udah niat mau nanya ke orang, eh alhamdulillah ketemu juga. Dan ternyata memang pantai ini terletak setelah Hanura. Hihiii.

Welcome to Pantai Sari Ringgung
Welcome To Pantai Sari Ringgung
Pantai ini gak terletak di pinggir jalan, kita harus masuk dulu ke dalam baru deh nemuin view seperti gambar di atas ini.  View di atas diambil di Krakatau view (ada di atas bukit). Untuk motor dikenakan biaya Rp 25.000,-  Karena pantai ini masih relatif baru dipugar, jadi keadaan di dalam masih relatif rapih, bersih dan terawat. Ombakpun gak terlalu berbahaya untuk anak-anak. Sangat pas untuk rekreasi keluarga. 

Sepanjang Bibir Pantai
Selain Pasir Timbul yang menjadi daya tarik pantai ini, masih ada beberapa aktivitas lainnya di pantai ini. Kita bisa main kano, banana boat, dan bebek-bebekan. Selain itu pantai ini juga dilengkapi waterboom mini sebagai fasilitas untuk anak-anak. 

Aktivitas di Pantai Sari Ringgung
Hihiii. Berhubung tujuan saya cuma Pasir timbul, setelah melepas lelah di pondokan (untuk penyewaan pondokan kecil dihargai Rp 50.000,- dan besar Rp 100.000,-) kami segera melanjutkan perjalanan dengan kapal yang kami sewa. Satu kapal dikenai tarif Rp 130.000,- antar jemput ke Pasir Timbul (maksimal 10 orang) dan berhubung kami cuma berdua saja akhirnya kami share cost dengan pengunjung lainnya. Masuk ke Pasir Timbul pun ada tiketnya seharga Rp 5.000,- per orang. Sebenarnya ada Pulau lain di seberang pantai ini, Pulau Tegal. Tapi tarif untuk ke pulau ini relatif mahal. Satu kapal dikenai tarif Rp 200.000,-  Kemarin sih kami ditawari ke Pulau Tegal dengan biaya tambahan sekitar Rp 15.000,- sampai Rp 25.000,- tapi tidak kami ambil trip tambahan itu. Hehe.

Lepas dari pantai Sari Ringgung, kapal akan bergerak menuju Masjid Terapung yang terletak tidak jauh dari bibir pantai. Ada juga kapal yang siap mengantar kita langsung ke Masjid ini, tapi melihat dari kejauhan juga sudah cukup. :) Perjalanan menuju Pasir Timbul memakan waktu sekitar 10-15 menit. Selama perjalanan kita akan disuguhkan beberapa bangunan yang awalnya saya kira adalah rumah warga tetapi ternyata keramba. Tapi bener deh mirip rumah banget apalagi disekitarnya ada masjid terapung. Hhee
Masjid Terapung
Keramba

Akhirnya kami tiba di Pasir Timbul. Siang itu suasana cukup ramai. Ohiya, di pasir timbul ini terdapat beberapa pondokan terapung yang harga sewanya lumayan mahal (Rp 100.000,-) dan juga dermaga yang akan mengantarkan kita ke Pasir Timbul ini. hihiii.. Kalau gak menyewa pondokan kita masih bisa duduk-duduk di pinggir pondokan. Free. Saran saya jangan lupa membawa baju ganti mengingat dari dermaga ke pantai kalau lagi pasang lumayan bikin celana basah. Hihiii.. 


Pasir Timbul (Di unduh dari google maps June 4th 2015, 12.11 PM)

Pasir Timbul




Kali ini adalah kunjungan kesekian kalinya saya di Dieng, sebuah dataran tinggi dengan hawa yang sangat sejuk di daerah Wonosobo - Banjarnegara. Sebenarnya saya bukan tipe orang yang akan melakukan perjalanan berulang kali di tempat yang sama, tapi Dieng memiliki daya tarik tersendiri yang membuat saya selalu ingin kembali ke sana.

Pertama kali saya melangkahkan kaki di Dieng adalah ketika mengikuti PIT PERHIMAGI 2012 (Pertemuan tahunan untuk mahasiswa Geologi se-Indonesia). Salah satu fieldtrip adalah mengunjungi Geo Dipa yang terletak di Dieng. Dan itu adalah kali pertamanya saya merasakan hawa sejuk Dieng. Kedua kalinya saya ke Dieng adalah di awal tahun 2013 dengan tujuan utama adalah Gunung Sikunir (bisa baca di Gunung Sikunir.) Ketiga kalinya tepat satu tahun kemudian, awal tahun 2014. Kali itu tujuan saya adalah menghabiskan akhir tahun di Gunung Prau, setelah sebelumnya ngebolang ke Banyuwangi. Sayang waktu itu Prau sedang berkabut. Alhasil saya kembali untuk kelima kalinya ke Dieng demi si bukit teletubbies dan  si golden sunrise nya Prau. 
Pendakian kali ini adalah pendakian perdana saya di tahun 2015. Rehat dulu di awal tahun karena cuaca di Indoensia yang lagi kurang bersahabat namun tetap saja badan kebyoss selama perjalanan ke atas. Kami berempat (saya, Gilang, Fajri, dan Hapid) berangkat dari Jakarta menuju Wonosobo. Sebenernya agak dagdigdug juga sih, soalnya kita baru beli tiket di hari keberangkatan ditambah lagi pas banget dengan long weekend. Alhamdulillah dapet juga tiketnya. Terimakasih Gilang udah bolak balik Kalibata – Rawamangun, hihii.
Sore itu, kami janjian di terminal Rawamangun pukul 17.00 WIB. Disertai gerimis romantis tapi cukup buat tas kebyos juga akhirnya kami berhasil sampai di sana dengan selamat – gak terjebak macet. Bus kami berangkat sekitar pukul 19.30 WIB. Lumayan lama juga kami berdiri mengingat kami sudah berada di terminal sejak pukul 17.00 WIB. Selama perjalanan,bus berhenti dua kali untuk istirahat di restoran dan tepat pukul 08.00 pagi keesokan harinya kami tiba di Terminal Wonsobo.
Bus DAMRI , Rawamangun - Wonosobo
Welcome to Wonosbo!
Setelah sarapan di terminal, kami segera beranjak ke pasar Wonosobo untuk belanja logistik. Berhubung waktu itu adalah hari Jumat, jadi para lelaki melaksanakan solat Jumat dulu di Masjid dekat pasar sementara saya leha-leha di warung dekat Masjid. Hihii. Setelah selesai solat kami segera menuju depan RSUD untuk menunggu Bus yang akan membawa kami ke Dieng!
Perjalanan dari Wonosobo menuju Dieng memakan waktu sekitar satu jam. Kami turun di Balai Desa Patak Banteng, yang menjadi salah satu tempat berkumpul bagi pendaki yang ingin naik ke Gunung Prau. Pendaki sudah memenuhi Balai Desa sehingga kami mencari lokasi kosong yang masih berada di samping Balai Desa sambil menunggu teman-teman yang masih dalam perjalanan.
Narsis di depan Pos Pendakian Patak Banteng
Sekitar pukul 14.30 WIB teman-teman (Angga, Danis, Jaya dan Jefri) sampai juga di Patak Banteng. Sambil packing ulang dan menyiapkan logistik yang kurang kami beristirahat di lokasi tersebut. Sebelum melakukan pendakian, kami melakukan pendaftaran di Basecamp Pendakian Gunung Prau. Setiap pendaki dikenakan biaya sebesar Rp 10.000,- untuk retribusi. Setelah mendaftar, dimulailah perjalanan 4 jam kami. Jeng…jeng…jeng…


View dari Pos Pendakian Gunung Prau
Singkat cerita, perjalanan yang seharusnya bisa sedikit lebih cepat menjadi lebih lama karena sore itu Dieng baru saja hujan, jalanan menjadi sangat becek dan ramainya pendaki yang menyebabkan kemacetan di beberapa titik. Alhamdulillah sekitar pukul 21.00 WIB kami semua sudah tiba di atas. 

Perut keroncongan dan akhirnya dengan sedikit perjuangan malam itu kami masih bisa nggeganjel perut sama Sayur Sop. Nyaammnyaaammmm :) . Perut kenyang matapun ngantuk. Malam itu saya tepar dan siap menyambut matahari besok pagi. Semoga gak mendung. Amin.


Menanti Fajar
Seperti biasa, saya selalu memasang alarm pukul 04.00 WIB demi melihat matahari pagi itu. Sebenarnya saya sudah bersama matahari saya yang lain, hihiii, tapi pagi itu saya tetap berniat untuk melihat matahari pagi bersamanya :). Alhamdulillah matahari pagi itu lumayan cerah, hati saya-pun juga lagi ceraaaaah pake banget. Hahaaa.. 

Waiting for the sunrise with my sun :)
Puas memandangi kedua matahari pagi, saya langsung semangat 45 beranjak menuju sisi lain dari puncak Prau via patak banteng. Daaaannn taraaaaaaa.... Bukit Teletubbies yang sangat terkenal itu dan membuat saya penasaran sejak 2 tahun lalu itu tepat berada di depan mata saya. Alhamdulillah. 


Bukit Teletubbies




@.@
Untuk perjalanan pulang kami memilih jalur lain. Kami memilih melewati Dieng. Terimakasih buat perjalanan kali ini :). 
Every journey always brings new friends!


Thanks all :)

Dari Turin Menuju Paris
Kunjungan saya ke Paris adalah kunjungan ter-singkat saya di suatu negara. Saya hanya punya waktu sekitar 11 jam (termasuk check-in, boarding dll) untuk transit di Paris. Diawali dengan keberangkatan saya dari Torino yang mengharuskan saya untuk menginap di Bandara Turin (Ini pertama kalinya saya menginap di Bandara, suasana malam hari benar-benar sepi ditambah Bandara tersebut tidak akan beroperasi di malam hari which means that saya harus tidur di dalam bandara yang sebenarnya tutup dan untungnya ada penumpang lain yang juga menginap demi pesawat pagi-nya (pesawat saya pukul 06.45) jadi suasana di dalam sana tidak terlalu mencekam. Saya memilih untuk tidur di bandara demi menghemat berpuluh-puluh euro untuk ongkos transportasi ke Bandara dari kota Turin). 

Sebelumnya saya sudah janjian dengan kawan SMP saya, Hafidz yang sedang melanjutkan studi-nya di Paris. Saya yang tiba di GDC sekitar pukul 08.00 menunggu kedatangan Hafidz yang rencananya akan menemani saya city tour di Paris. 

CDG
Untuk menghemat waktu kami berdua segera membeli tiket kereta ke kota. Tujuan pertama kami adalah Arch de Triomphe. Kami turun di Stasiun Etoile. Stasiun ini terletak di dekat Arc de Triomphe jadi begitu keluar jalan langsung sampai di Arc de Triomphe. Di Indonesia sendiri ada bangunan yang mirip dengan Arc de Triomphe, bangunan tersebut ada di Kudus, saya sendiri belum pernah ke monumennext time bisa ke sana.


Arc de Triomphe
Dari Arc de Triomphe kami segera menuju Eiffel Tower. Saya bener-bener speechless waktu Eiffel Tower ada di depan mata saya. Bener-bener takjub. Subhanallah.





Sungai Seine yang membelah kota Paris!


Eiffel Tower

Dan tujuan  akhir saya adalah Louvre. Sayangnya siang itu suasana di sana benar-benar ramai.


Louvre

Tepat pukul 15.30 saya sudah kembali ke bandara dan menunggu flight saya ke Indonesia pukul 19.10. Terimakasih Hafidz udah nemenin saya keliling Paris.


w/ Hafidz, rekan seperjuangan pas SMP.

Someday I`ll be there again. Insya Allah. 
J


Good bye Paris!

See you when I see you. 
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Foto saya
deem
Dyah. Geologist. ALSTE 2009. HMGUNPAD. Love traveling. Live your life!
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (7)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (2)
    • ►  April (1)
  • ▼  2015 (8)
    • ▼  Desember (1)
      • #2015
    • ►  Oktober (1)
      • Piknik ke Taman Wisata Alam Pantai Indah Kapuk
    • ►  Juni (1)
      • Pasir Timbul, Pantai Sari Ringgung, Lampung
    • ►  Mei (1)
      • Gunung Prau, Dieng
    • ►  Januari (4)
      • Kunjungan Super Singkat di Paris
  • ►  2014 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (30)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (6)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2012 (17)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Februari (4)
  • ►  2011 (33)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (4)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2010 (80)
    • ►  Desember (10)
    • ►  November (14)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (10)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2009 (2)
    • ►  September (2)

Popular Posts

  • (Review) Beberapa Vendor Pernikahan di Bandar Lampung
  • Dari Pulau Tanjung Putus sampai Pulau Pahawang
  • Kapal Oleng Kapten! (Gunung Krakatau)
  • MIMPI itu GRATIS
  • Dewi Wara Sembadra

Copyright © 2016 Catatan Deem. Created By OddThemes & Distributed By MyBloggerThemes